Denpasar (bisnisbali.com) –Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali menilai resesi kali ini berbeda dengan kontraksi ekonomi yang dihadapi Bali sebelumnya. Seperti dikatakan Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho, faktor utama kontraksi perekonomian disebabkan oleh merebaknya Covid-19, yang menyebabkan pemerintah di seluruh dunia mengeluarkan kebijakan pembatasan mobilitas demi menahan laju penyebaran Covid-19.
“Pembatasan mobilitas ini, tentunya berdampak signifikan terhadap kinerja perekonomian, sebagaimana yang kita lihat bahwa pada triwulan II 2020, baik perekonomian global, nasional maupun di Bali sendiri, mengalami kontraksi,” katanya di Renon, Selasa (29/9).
Menurutnya secara global, sektor pariwisata mengalami pukulan paling besar. Faktor ekonomi dan Covid-19 masih menjadi penyebab sentimen negatif utama. Penerbangan mendapatkan sentimen negatif tertinggi diantara pendukung pariwisata lainnya. Keseluruhan hal tersebut berdampak pada confident level untuk berwisata yang masih rendah bahkan ke negara yang penanganan Covid-19 cukup baik.
“Bagi Bali yang perekonomiannya ditopang oleh sektor pariwisata, hal ini menyebabkan Bali menjadi provinsi yang mengalami kontraksi perekonomian terdalam, dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia,” jelasnya.
Namun demikian, Trisno Nugroho menekankan masyarakat tidak boleh menyerah pada kondisi ini. Beberapa hal penting dalam strategi untuk bertahan (survival strategy) dan strategi pemulihan harus dilakukan.
Survival strategi tersebut di antaranya disiplin terhadap protokol kesehatan. “Kunci dari pemulihan perekonomian adalah terkendalinya Covid-19,” paparnya.
Selanjutnya tetap menjaga citra positif Bali dan menjaga komunikasi dengan konsumen. Citra Bali sebagai destinasi utama pariwisata dunia maupun domestik merupakan modal bagi pelaku usaha untuk bangkit kembali. Terlebih lagi berdasarkan analisis big data, Bali menjadi destinasi favorit di Asia dan secara domestik.
“Oleh karenanya hal yang dapat dilakukan pada saat pandemi yakni melalui promosi secara online mengenai pariwisata Bali,” ucapnya.
Strategi lainnya transformasi digital. Kata Trisno, sebagaimana diketahui bersama, bahwa saat pandemi, usaha-usaha yang menjadi pemenang adalah usaha yang terkait dengan digital. Salah satu kegiatan yang dapat dikembangkan yakni melalui Pariwisata Digital
Kemudian dengan cara inovasi produk dan layanan. Para pelaku usaha diharapkan dapat memiliki visi ke depan, dan memanfaatkan masa pandemi untuk menyusun strategi bisnis yang disesuaikan dengan kondisi post Covid-19. “Memanfaatkan insentif usaha dari pemerintah dengan baik, dan menjaga kepercayaan lembaga keuangan,” imbuhnya.
Dari sisi pemerintah pun diakui, telah dikeluarkan sejumlah program pengendalian Covid 19 dan program pemulihan ekonomi untuk mendorong sisi suplly maupun sisi demand (termasuk di dalamnya upaya mendorong UMKM). Pelaku usaha diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas dimaksud secara optimal, efektif dan efisien bagi perkembangan usahanya
Strategi lainnya dengan menunjukkan kepedulian pada lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui sinergi dengan pemerintah dan mendukung program penanganan Covid-19 pemerintah, serta meminimalisir pengurangan pegawainya.
Tidak terkecuali menjaga optimisme seiring progress riset vaksin yang cukup baik dan prediksi membaiknya perekonomian di tahun 2021 (IMF memprediksikan perekonomian global akan tumbuh 5,4% (yoy) pada tahun 2021).
Kondisi perekonomian 2020 diperkirakan akan menurun dibandingkan tahun 2019. Meskipun demikian, sejumlah kebijakan pemerintah dari sisi moneter dan fiskal diharapkan dapat menahan laju penurunan. “Kita juga berharap, agar penyebaran virus di Bali maupun Indonesia dapat dikendalikan. Dengan sinergi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, maka kami optimis pemulihan ekonomi akan dapat berjalan dengan baik,” papar Trisno.*dik