ENTAH kapan pandemi corona ini akan berakhir. Semua sektor terpengaruh, tak terkecuali perajn peralatan upacara khusus masyarakat Bali, yang ditekunu I Gede Surya Atmaja. Pria yang juga penyanyi Pop Bali dengan nama De Surya itu, mengatakan pemasaran kerajinannya sangat terpengaruh. Bahkan saat ini ada pada posisi turun akibat sepinya pemesanan uang kepeng.
Saat ditemui di Radio SWIB, Karangasem, pria yang buka usaha di Banjar Pande, Desa Kamasan, Klungkung ini mengatakan, dulu sebelum pandemi Covid-19, empat hari produk uang kepeng saja mencapai 20.000 keping. Sejak pandemi, order banyak yang ditunda atau batal. Demikian juga jumlah pemesan (order) menurun. Karena pekerjaan berkurang, tenaga kerja yang dimiliki 15 orang, kini juga harus digilir bekerja, dengan sistem piket. Dulu sebelum pandemi, pesanan perabot atau uang kepeng untuk pelengkap upacara itu, sangat banyak dicari. Pemesan hampir di seluruh Bali sampai ke Lombok. ââDulu sebelum pandemi Covid-19, semuanya bisa bekerja. Sekarang, dari 15 orang harus bekerja bergiliran. Tiga orang sehari. Dengan pengurangan tenaga kerja dan sepinya order, sebulan belum tentu memproduksi 15.000 keping uang kepeng atau pipis bolong,ââ paparnya prihatin.
De Surya, pemilik ââTaksu Agungââ di Kamasan Klungkung, sejak kecil sudah menggeluti kerajinan itu. Dia lahir dari lingkungan seniman ukir dan wayang kamasan. Produksi uang kepeng, dikatakan bahannya terdiri dari lima jenis logam, yakni kuningan emas, tembaga timah dan perak. Kelima jenis logam jatu itu, dipanaskan sampai sekitar 1.200 derajat celcius. Setelah mencair, barulah dicetak dalam cetakan uang kepeng.
De Surya berharap sama, yakni agar pandemi Covid-19 ini cepat mereda atau berlalu. Dia pun mengajak semua orang dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti yang sudah disosialisasikan pemerintah atau gugus tugas penanggulangan Covid-19 kepada masyarakat. ââSemoga pandemi ini cepat berlalu, sehingga kita bisa kembali beraktivitas seperti sebelum ada pandemi Covid-19 ini,ââ harapnya. *bud