Denpasar (bisnisbali.com) – Petani bawang di Bangli kini sedang panen raya. Namun, pandemi Covid-19 membuat serapan terhadap produk pertanian termasuk bawang sangat minim. Hal ini membuat para petani kesulitan menjual hasil panennya.
Salah seorang petani di Desa Buahan, Kintamani, Bangli, I Ketun Reden, saat dihubungi, Selasa (22/9), mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 produk pertaniannya sulit untuk dipasarkan. Sebelum pandemi, para tengkulak setiap hari datang dan mengambil berbagai jenis produk pertanian yang dihasilkan termasuk bawang untuk didistribusikan ke pasar di beberapa kabupaten.
“Namun saat ini bisa tiga hari sekali mereka (para tengkulak) baru datang untuk mengambil barang, termasuk bawang. Untungnya kalau bawang bisa dikeringkan dan dijual nanti,” ungkapnya.
Di lingkungkan Desa Buahan, luas lahan tanaman bawang yang tengah dipanen saat ini sekitar 25 hektar . Per hektar menghasilkan sekitar 17 ton. Panen raya berlangsung kurang lebih satu pekan ke depan.
Disinggung soal harga, Reden mengakui, cukup bagus di tengah perekonomian yang terdampak Covid-19 ini. Bawang yang dihasilkan terjual Rp 15.000 per kilogram untuk yang masih basah, sedangkan bawang kering Rp 17.000 per kilogram. “Kami rasa harga itu cukup di tengah pandemi ini. Setidaknya bisa mengembalikan modal para petani,” ujarnya.
Berbeda dengan sayur, dia mengaku mengalami kerugian. Sayur yang diproduksi lebih sering tidak laku terjual. “Kalaupun laku, sangat murah, paling bagus Rp1.000 per kilogram,” terangnya sembari mengatakan sayur yang diproduksi adalah jenis kubis (kol).
Dia berharap dalam kondisi seperti saat ini pemerintah mau turut serta untuk mengurangi masuknya produk khususnya bawang dari luar Bali. Hal ini agar produk petani di Bali bisa diserap pasar. *wid