DI tengah pandemi Covid-19 yang memberi dampak pada perekonomian sebagian besar masyarakat Bali mengharuskan untuk mencari alternatif lain agar mampu bertahan hidup. Terlebih pelaku ataupun pengusaha di sektor pariwisata yang kini usaha yang dimilikinya tak mampu lagi bergerak.
Seperti yang dialami oleh wanita yang bernama Ni Nyoman Pujiarini, pemilik home stay di wilayah Ubud dan operator spa di 5 hotel di Bali. Saat ini ibu satu anak ini pun mengaku beralih ke spa rumahan (home care) untuk memberi harapan kepada para tenaga kerjanya. “Mungkin hasilnya tidak sebanyak pas sebelum pandemi Covid-19, namun setidaknya ini mampu membuat mereka (karyawan) bertahan dalam kondisi ini,” ungkapnya.
Saat ini layanan spa rumahan yang didirikannya sudah mampu berjalan sesuai harapan dengan selalu ada orderan masuk setiap harinnya. Tanggapan masyarakat pun dikatakannya positif. Namun demikian penghasilan diakuinya jauh jika dibandingkan sebelumnya. Hal itu dikarenakan tarif yang dipasang untuk layanan spa tersebut jauh lebih murah dibandingkan dengan spa yang ada di hotel-hotel sebelumnya. “Selain karena kebanyakan menyasar masyarakat lokal, daya beli masyarakat juga sangat lesu. Jadi kami pasang tarif jauh di bawah itu,” ungkapnya. Diakuinya, di awal pandemi Covid-19 lalu, dirinya memiliki kekahwatiran. Kekahwatiran tersebut timbul karena takut terinfeksi virus serta kekahwatiran akan usahanya yang bergerak di bidang industri pariwisata, macet total. Terlebih lagi rasa kasian kepada tenaga kerja yang harus dirumahkan.
Namun berbagai inovasi pun muncul di tengah kesulitan tersebut. Selain spa home care, ia juga memproduksi lulur (boreh) yang berbahan rempah-remah. “Rempah-rempah ini sangat bagus untuk menjaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini,” imbuhnya. *wid