Denpasar (bisnisbali.com) –Berbagai produk kerajinan yang dibuat oleh masyarakat Bali memang tidak bisa dipisahkan dengan sektor pariwisata. Seperti halnya akuarium kaca tiup yang tidak hanya diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke Bali. Namun juga diekspor, khususnya Australia dan Jepang, namun di tengah pandemi Covid-19 penjualannya juga menurun.
Salah seorang penjual akurium kaca tiup di seputaran Jalan By. Pass Ngurah Rai, Sanur Ketut Warni saat ditemui belum lama ini, mengaku penjualan ditempatnya saat pandemi ini merosot. Penurunannya sangat drastis hingga mencapai 70 persen. “Sepi sekali. Tamu luar gak ada, cuma tamu lokal aja,” ungkapnya.
Diakui Ketut Warni, yang mencari akuarium tiup ini biasanya untuk keperluan bisnis. Pun demikian ada pula yang digunakan pribadi sebagai hiasan rumah. “Sebelum Covid-19 banyak yang beli. Ada yang beli dijual lagi, ada yang beli untuk dipakai sendiri. Pengirimannya bisa sampai Australia, Jepang, kalau di Indonesia sampai ke Jawa. Kalau di Bali sendiri, banyak dicari untuk hotel dan restoran ataupun perkantoran,” kata dia.
Soal harga, cukup terjangkau mulai dari Rp35.000 untuk ukuran kecil dan Rp600.000 untuk ukuran yang paling besar. “Akuarium jenis ini cukup banyak dicari, karena mudah untuk dibawa atau diletakkan di ruangan. Tapi sekarang musim Covid-19 jadi sepi,” jelasnya.
Dari segi bentuk, akuarium kaca tiup memang cukup unik. Antara satu dengan yang lainnya tidak akan memiliki bentuk yang sama. Akurium model ini saat ini banyak diminati masyarakat sebagai tempat untuk memelihara ikan atau untuk menempatkan tanaman hias.
Biasanya jika membeli akuarium ini akan diberikan sepaket dengan kayu pijakannya. Saat ini pula banyak hotel dan restoran hingga perkantoran maupun ruang kerja pribadi kerap dijumpai ada satu buah akuarium tiup yang bertengger di atas meja ataupun di sudut ruangan. *wid