Tabanan (bisnisbali.com) –Aksi bagi-bagi ayam gratis oleh peternak ayam mandiri seluruh Bali yang dipusatkan di Kabupaten Tabanan disambut antusias. Ratusan masyarakat berdesakan berebut ayam yang hendak dibagikan dari kendaraan pick-up yang mengangkut ratusan ayam hidup.
Dari pantauan di lapangan di salah satu titik pembagian ayam di Gedung Kesenian I Ketut Maria, Tabanan, Senin (31/8), masyarakat sudah mulai mengantre sejak pukul 08.30 Wita. Sebelum dibagikan, panitia terlebih dahulu telah menginformasikan agar masyarakat tertib mengantre dengan mengatur jarak aman di tengah ancaman pandemi Covid-19. Namun, setelah pembagian ayam dimulai kondisi menjadi tidak kondusif, hingga akhirnya masyarakat merangsek mendekati mobil yang mengangkut ayam untuk mendapatkan bagian.
Koordinator Peternak Rakyat Bali, Drh. I Putu Wismaya Juada, di sela-sela kegiatan mengungkapkan, pembagian ayam secara gratis ini dilatarbelakangi karena peternak mandiri sudah tidak mampu lagi membiayai operasional. Yakni, untuk membeli pakan hingga bibit untuk kelangsungan produksi saat ini. Sebab, di tingkat peternak harga ayam ini anjlok menyentuh Rp 9.000 per kg, jauh di bawah perhitungan BEP ayam broiler yang berada di kisaran Rp 19.500 per kg.
“Sebab itu, hari ini (kemarin-red) kami bagikan sekitar 700 ekor ayam secara gratis di Kabupaten Tabanan. Dan kegiatan ini akan berlanjut di daerah yang lain nantinya,” tuturnya.
Jelas Wismaya, anjloknya harga ayam broiler di tingkat peternak karena terjadi kelebihan populasi di tengah menurunnya permintaan pasar karena pandemi Covid-19. Kalangan peternak ayam mandiri sebenarnya sudah mengurangi populasi. Itu tercermin dari isian kandang yang biasanya mencapai 100 persen, kini hanya terisi 50-60 persen. Cuma hasilnya masih terjadi over supply saat ini.
“Ini sebenarnya tanggung jawab pemerintah yang harus mengevaluasi. Jangan sampai sektor peternakan di Bali yang masih menggeliat ini menjadi kolaps seperti sektor pariwisata. Mestinya, pemerintah harus mengambil sikap jangan sampai peternak ini gulung tikar,” tandasnya.
Sambungnya, kondisi anjloknya harga ayam broiler di tingkat peternak ini sudah terjadi beberapa kali selama tahun ini. Di awal pada masa pandemi Covid-19 harga ayam ini sudah pernah menyentuh Rp 5.000 per kg. Bulan lalu hal sama juga terjadi dengan berada di level Rp 5.000 per kg.
Pekan lalu harga ayam ini naik tipis menjadi Rp 6.000 per kg dan kemarin berada di kisaran Rp 9.000 per kg. Harga ayam yang cenderung anjlok ini sudah membuat peternak merugi karena tidak sesuai dengan biaya produksi saat ini.
Sebab itu dia berharap, Pemerintah Provinsi Bali harus sigap membantu sekaligus mengayomi peternak mandiri atau peternak lokal Bali. Terlebih lagi sektor peternakan ini merupakan salah satu denyut nadi ekonomi dan juga jadi acuan dalam upaya pengendalian laju inflasi.
Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi Pinsar Broiler Bali, Ketut Yahya Kurniadi yang juga hadir dalam kegiatan bagi-bagi ayam gratis. Kata dia, sebelumnya terkait keluhan para peternak ayam mandiri ini sudah pernah disampaikan ke Dinas Pertanian Provinsi Bali pada dua bulan lalu. Sayangnya, hingga saat ini dari penyampaian keluhan tersebut kurang mendapat respons, sehingga saat ini menggelar kegiatan bagi-bagi ayam secara gratis yang juga merupakan bagian dari gerakan nasional.
“Dari kegiatan ini kami berharap pemerintah bisa melakukan pengaturan, sehingga populasi ayam di pasaran tidak mengalami over supply seperti saat ini. Sebab itu, DOC yang disebar harus dibatasi, sehingga harga tidak menjadi jatuh,” sarannya.
Di sisi lain, untuk melakukan pengaturan suplai di pasaran, pemerintah sebenarnya bisa melakukan terlebih lagi dengan adanya dua Pergub yang sudah digelontorkan sebelumnya yakni, Pergub no. 6 tahun 2013 tentang pola kemitraan, dan Pergub no. 99 tahun 2018 tentang tentang pemasaran dan pemanfaatan produk lokal. Sayangnya dua Pergub tersebut belum dimanfaatkan dengan maksimal. *man