Denpasar (bisnisbali.com) –Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai, dengan masuknya era new normal maka peluangnya sebagian besar ada di sektor digital. Usaha yang sebelumnya memanfaatkan internet baik dari sisi produksi hingga pemasaran akan diuntungkan dengan new normal.
Berbeda dengan bisnis yang sifatnya tradisional dan tatap muka, wajib mengeluarkan biaya operasional yang lebih mahal misalnya ketersediaan masker, hand sanitizer, ruang jaga jarak dan protokol kesehatan lainnya. “Sektor pariwisata di Bali memang yang paling terdampak dari pandemi Covid-19. Jadi, bisnis perhotelan dan restoran diminta untuk segera lakukan protokol kesehatan secara maksimal sebelum beroperasi saat new normal,” tegasnya.
Menurutnya, mempersiapkan protokol kesehatan dalam menjalankan hidup normal yang baru yaitu diperlukan protokol masyarakat produktif dan aman Covid-19. Prinsipnya, tetap menerapkan jaga jarak, jaga imunitas tubuh, kelola komorbid dan menggunakan masker. Tak kalah penting, peran aktif seluruh masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan menghentikan penularan Covid-19.
Pada era new normal, kata dia, harus mempersiapkan berbagai hal terlebih dahulu secara maksimal, utamanya mempersiapkan protokol kesehatan dengan optimal di sektor-sektor yang dibuka saat new normal. “Untuk saat ini, belum waktu yang tepat terjadi pelonggaran karena korban virusnya masih cukup tinggi. Seperti beberapa negara, harusnya kebijakan kesehatan konsisten ditingkatkan, baru fase new normal bisa optimal,” katanya.
Ia pun memperkirakan recovery ekonomi baru bisa terjadi pada 2021. Kendati demikian ia menilai, dengan masuknya era new normal maka peluangnya sebagian besar ada di sektor digital. *dik