Tabanan (bisnisbali.com) –Sejumlah pengelola daya tarik wisata (DTW) di Kabupaten Tabanan hanya bisa pasrah dengan keputusan Pemerintah Provinsi Bali dengan menunda kedatangan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang rencananya dilakukan pada 11 September mendatang. Penundaaan tersebut akan membuat pendapatan pengelola objek wisata kembali minim dan berpotensi tak akan cukup untuk menutupi biaya operasional.
Manajer DTW Tanah Lot, I Ketut Toya Adnyana, Senin (24/8) kemarin, mengungkapkan, sebelum pandemi kunjungan wisatawan ke DTW Tanah Lot selain ditopang oleh kedatangan wisatawan domestik (wisdom) juga ditopang wisatawan mancanegara (wisman). Bahkan untuk kunjungan dari kalangan wisman cenderung mendominasi yang sebagian besar merupakan wisatawan asal Tiongkok.
“Dengan penundaan pembukaan kunjungan wisman ini tentu akan sangat berdampak bagi jumlah kedatangan wisatawan ke Tanah Lot hingga akhir tahun nanti. Terlebih lagi, pascadibuka pada era new normal ini kunjungan dari wisdom tidak banyak selama ini,” tuturnya.
Jelas Toya, pada era new normal ini rata-rata kunjungan wisdom ke DTW Tanah Lot hanya mencapai 500 orang per hari. Angka ini jauh turun dari kondisi sebelum pandemi yang rata-rata bisa mengantongi kunjungan hingga ribuan orang per hari. Prediksinya, dengan mengandalkan jumlah kunjungan ratusan orang per hari (hanya wisdom), hal tersebut tidak akan mampu menutupi biaya operasional objek wisata, meski karyawan belum bisa menikmati gaji hingga saat ini.
“Biaya operasional objek tidak akan cukup dengan pendapatan yang masuk dari jumlah kunjungan wisatawan yang ada saat ini. Sedangkan untuk pengganti gaji, karyawan kami berikan beras 25 kg,” keluhnya.
Di luar gaji karyawan, DTW Tanah Lot setidaknya membutuhkan biaya operasional hingga ratusan juta hanya untuk menutupi operasional. Di antaranya untuk pembayaran BPJS karyawan, biaya air, dan listrik. Bercermin dari kondisi tersebut, pihaknya hanya bisa pasrah. Sebab fokus pendapatan dari objek hanya bertumpu pada angka kunjungan wisatawan yang datang.
Sambungnya, meski pendapatan terancam, upaya terkait penerapan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 ini tetap dilakukan. Misalnya, secara rutin melakukan penyemprotan dengan desinfektan di sekitar kawasan objek, dan penyediaan hand sanitizer.
Hal sama juga diungkapkan Manajemen Operasional DTW Ulun Danu Beratan, I Wayan Mustika. Pihaknya tidak bisa berbuat banyak dengan kebijakan Pemprov Bali yang melakukan penundaan kedatangan wisman ke Bali dalam waktu dekat. Di sisi lain, pascadibuka hingga saat ini pihaknya belum bisa menggaji karyawan, mengingat jumlah kunjungan yang ada atau dengan mengandalkan kedatangan wisdom yang tidak banyak mendongkrak angka kedatangan wisatawan di masa pandemi ini.
“Saat ini angka kunjungan ke DTW Ulun Danu hanya mencapai 75 orang sampai 100 orang per hari. Sangat jauh dari kondisi normal yang mencapai 2.000-an sampai 2.500 orang per hari. Sebab, sebelum pandemi kedatangan wisatawan ini lebih banyak ditopang dari kedatangan wisman,” kilahnya.
Dia memprediksi, selama kunjungan wisman belum dibuka, maka jumlah angka kunjungan wisatawan ke Ulun Danu berpeluang tidak akan jauh berbeda dari kisaran kedatangan wisatawan pada era new normal ini. Selain itu, dampaknya pendapatan yang kecil ini tidak akan mampu menutupi biaya operasional kebun yang rata-rata mencapai Rp 150 juta sampai Rp 200 juta per bulan. “Sebab itu, kemungkinan gaji karyawan belum bisa akan terbayarkan, meski objek sudah kembali operasional saat ini,” ujarnya.*man