Optimis Ekonomi Bali Tumbuh, Peluang-peluang harus Dioptimalkan

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat dampak covid-19 terhadap perekonomian Bali pada triwulan II 2020 sangat besar, yaitu -10,98% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh -1,14% (yoy).

235
Trisno Nugroho

Denpasar (bisnisbali.com) –Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat dampak covid-19 terhadap perekonomian Bali pada triwulan II 2020 sangat besar, yaitu -10,98% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh -1,14% (yoy). Kendati demikian Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali masih optimis pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata pada triwulan III 2020 akan membaik.

“Itu seiring strategi pemulihan tatanan ekonomi Bali melalui penerapan tatanan kehidupan baru pada sektor pariwisata dengan program Clean Healthy Safety and Environment Sustainability atau CSHE,” kata Kepala KPw BI Bali, Trisno Nugroho di Renon, Kamis (6/8).

Trisno menyampaikan, optimism tersebut karena pemulihan wisatawan domestik diperkirakan akan berjalan lebih awal dibandingkan dengan pemulihan wisatawan mancanegara. Hal ini terkonfirmasi dari leading indicator jumlah kedatangan penumpang domestik di bandara internasional I Gusti Ngurah Rai yang tercatat sebesar 35.934 orang pada Juli 2020, atau tumbuh 468,94% (mtm).

“Optimisme pemulihan ini juga terkonfirmasi dari pengolahan big data google trends yang mencerminkan bahwa minat wisdom dan wisman ke Bali sangat besar, dimana pencarian travel di Bali tercatat lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia maupun destinasi wisata lainnya di kawasan Asia,” ujarnya.
Peluang inilah, tegasnya, harus dioptimalkan, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat, sehingga pemulihan aspek ekonomi dan kesehatan dapat berjalan secara pararel.

Ia pun mengakui kondisi pertumbuhan ekonomi triwulan II yang kontraksi sesuai prediksi. Pertumbuhan ekonomi di Bali ini paling dalam jika dibandingkan dengan seluruh provinsi di Indonesia dan jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional, yaitu -5,32% (yoy).
Itu terjadi karena dari sisi lapangan usaha, sebagian besar lapangan usaha utama tumbuh negatif, hanya 3 lapangan usaha yang tumbuh positif, yaitu informasi/komunikasi, jasa kesehatan, dan real estate. Sementara itu, sektor transportasi dan penyediaan akomodasi makan dan minum mengalami kontraksi sebesar -39,48% dan -33,10%.

“Kedua sektor ini sangat erat hubungannya dengan pariwisata dimana menjadi tulang punggung perekonomian Bali, sekitar 58% ekonomi Bali tergantung pada pariwisata,” paparnya.
Sementara itu kebutuhan listrik, terutama di hotel-hotel, di masa pandemi juga menurun yang menyebabkan sektor listrik, gas, dan air tumbuh -21,04%. Hal ini disebabkan oleh kunjungan wisatawan mancanegara yang tumbuh negatif (-99,97%, yoy) pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan penutupan penerbangan internasional dari dan ke Bali dalam antisipasi penyebaran Covid-19. Kinerja lapangan usaha tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan antisipasi dan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Dari sisi permintaan, semua komponen pengeluaran tumbuh negatif dengan kontraksi terdalam pada komponen ekspor luar negeri (-93.02%, yoy). Kinerja ekspor luar negeri yang kontraksi disebabkan oleh penurunan kunjungan wisatawan mancanegara. Selain itu, kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi juga tercatat kontraksi, masing-masing -3.57% dan -15,48%.
“Kinerja impor juga terkontraksi sebesar -89.68% seiring dengan tertahannya kinerja pariwisata sehingga menurunkan permintaan bahan makanan impor serta adanya tekanan pelemahan nilai tukar rupiah,” ucap Trisno.*dik