Viraguna: Resesi, Apa yang Dapat dan Wajib Dilakukan Bali? (4)

Praktisi ekonomi Viraguna Bagoes Oka menyampaikan menjawab tantangan dan hambatan atas kompleksnya permasalahan kronis dan resesi yang sedang dihadapi Bali, dunia usaha, pelaku usaha dan masyarakat krama Bali perlu melakukan berbagai langkah-langkah.

267

Denpasar (bisnisbali.com) –Praktisi ekonomi Viraguna Bagoes Oka menyampaikan menjawab tantangan dan hambatan atas kompleksnya permasalahan kronis dan resesi yang sedang dihadapi Bali, dunia usaha, pelaku usaha dan masyarakat krama Bali perlu melakukan berbagai langkah-langkah.

Di antaranya. Pertama, dunia usaha, pelaku usaha dan berbagai strata masyarakat desa adat dan krama Bali hingga keluarga terkecil, wajib dan harus mampu untuk segera melakukan perubahan mendasar terkait mindset atau cara pandang dan pola pikir kebiasaan normal baru, Itu berkaitan dengan soft skill seperti sikap, perilaku, komitmen, displin, integritas dan karakter yang terpercaya dan hard skill seperti keterampilan mekanis, menguasai IT dan perangkat komunikasi daring berbasis azas.
“Termasuk nilai-nilai kepatutan untuk benar-benar bisa dijalankan secara nyata dan konsekuen sesuai tuntutan dan perkembangan zaman yang telah sering dicanangkan pemerintah bernama Nangun Sad Kerthi Loka Bali,” katanya.

Kedua, adaptasi penerapan kebiasaan baru atau Bali era baru secara konsisten dan konsekuen melalui komitmen tinggi untuk bekerja lebih disiplin, efisien dan produktif dengan protokol dan ketetapan sistem kerja berbasis kesehatan prima, konsistensi kebersihan diri, kerapian kerja dan kebiasaan berkarya berintegritas yang berorientasi kepada hasil (KPI= Key Performance Index).

Ketiga, karakter mumpuni, kapasitas pengalaman teruji dan kemampuan berdaya saing tinggi serta etos kerja prima mulai dari keluarga, lingkungan sampai dengan masyarakat terkecil hingga masyarakat luas sehingga bisa kembali ke khittah seni dan budaya Bali yang adi luhung dalam rangka untuk bisa tetap kokoh dalam menghadapi dan mengantisipasi tantangan kehidupan ke depan yang penuh ketidakpastian.

Keempat, kecerdasan intelelektual, emosional, spiritual, adversitas dan kreativitas adalah prasyarat dan kriteria untuk mampu bertahan dalam menyongsong adaptasi normal baru yang penuh tantangan dan ketidakpastian yang berkepanjangan. “Sesuai dengan antisipasi bahwa kita tidak tahu kapan covid-19 akan berakhir?,” ujarnya.

Kelima, publik pelaku usaha dan masyarakat krama desa dengan semangat gotong royong diharapkan sudah mulai paham, menyadari, membiasakan dan membebaskan diri dari ketergantungan dan belas kasihan serta uluran tangan pemerintah semata, mengingat pemerintah memiliki SOP, birokrasi dan keterbatasan eksekusi di tengah persoalan multidimensi serta skala prioritas yang telah diagendakan pemerintah.

Terakhir keenam, leadership kepemimpinan Bali yang kompeten, kredibel, konsisten sebagai panutan (role model) yang terpercaya (trusted) diharapkan akan mampu dengan sabar dan tegar memberikan keteladanan nyata kepada masyarakat Bali yang sangat beragam tingkat latar belakang pendidikan, kebiasaan dan strata ekonominya untuk bisa segera melewati tantangan covid-19 dan resesi ekonomi Bali.*dik