Denpasar (bisnisbali.com) –Pada Juni 2020, penurunan nilai tukar petani (NTP) di Bali masih berlanjut. Pada Mei 2020 lalu, NTP Bali mencapai 93,54 atau turun -1,33 persen, kini NTP kembali menurun ke level 93,53 atau turun 0,01 persen.
Kepala BPS Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Kamis (9/7) mengungkapkan, penurunan ini dipengaruhi oleh indeks yang diterima petani (It) yang tercatat naik lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib). Juni lalu, It tercatat naik setinggi 0,05 persen dari 97,94 pada Mei 2020 menjadi 97,99, sedangkan Ib tercatat naik 0,06 persen dari 104,70 menjadi 104,77 pada Juni 2020.
“Juni 2020 indeks NTP Provinsi Bali masih berada di bawah angka 100. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam tingkatan tertentu nilai tukar produk yang dihasilkan petani belum menjanjikan untuk mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga petani, terdiri atas dua hal pokok, yaitu konsumsi rumah tangga dan biaya produksi pertaniannya,” tuturnya.
Jelas Adi, dari lima subsektor yang menjadi komponen penyusunan indeks NTP, seluruh indeks NTP subsektor tercatat di bawah nilai 100 pada Juni 2020. Katanya, indeks NTP yang tercatat turun terjadi pada tiga subsektor. Penurunan terdalam tercatat pada subsektor hortikultura (1,32 persen), disusul subsektor tanaman pangan (0,92 persen), dan subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,73 persen). Sebaliknya, indeks NTP subsektor peternakan dan perikanan tercatat naik masing-masing 2,05 persen dan 0,75 persen.
Paparnya, pada subsektor hortikultura penurunan terjadi dari 94,71 menjadi 93,47. Penurunan ini disebabkan oleh It yang tercatat turun 1,20 persen, sedangkan Ib tercatat sebaliknya, yaitu naik 0,12 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks harga pada hampir semua kelompok, yaitu kelompok sayur-sayuran turun 3,77 persen dan kelompok tanaman obat-obatan yang turun 2,51 persen. Sebaliknya, kelompok buah-buahan tercatat naik 2,63 persen.
“Sejumlah komoditas hortikultura yang tercatat menyumbang penurunan pada It antara lain tomat, cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit,” paparnya.
Di sisi lain, tambahnya, untuk indeks NTP subsektor peternakan yang mengalami peningkatan 2,05 persen dari 93,75 menjadi 95,67. Kenaikan tersebut didorong oleh naiknya It 2,14 persen, lebih tinggi dibandingkan kenaikan Ib yang tercatat naik setinggi 0,09 persen.
Kenaikan yang tercatat pada It disumbang oleh naiknya hampir seluruh indeks penyusun It, kecuali kelompok hasil ternak. Kenaikan tertinggi tercatat pada kelompok unggas dengan kenaikan 3,54 persen, disusul kelompok ternak kecil yang naik 2,74 persen, dan kelompok ternak besar yang juga naik 2,44 persen.
Sebaliknya kelompok hasil ternak tercatat turun sedalam – 1,14 persen. Komoditas It yang indeks harganya tercatat naik, di antaranya sapi potong, ayam ras pedaging dan babi. Sementara itu, kenaikan yang tercatat pada Ib disumbang oleh naiknya indeks BPPBM yang naik 0,55 persen, meskipun tercatat penurunan pada indeks konsumsi rumah tangga mencapai -0,31 persen. *man