Denpasar (bisnisbali.com) –Melimpahnya tenaga kerja pertanian pada masa pandemi covid-19 membuat produksi produk pertanian pun menggeliat. Untuk tanaman hortikultura, peningkatan produksi tidak hanya di masa pandemi ini, namun juga diprediksi terjadi pada era new normal nantinya, seiring peningkatan kebutuhan masyarakat.
Pengamat pertanian Prof. Dr. I Nyoman Suparta, belum lama ini mengatakan, tanaman hortikultura khususnya sayur dan buah memiliki peluang yang cukup tinggi baik saat ini (masa pandemi) ataupun setelahnya (new normal). Hal ini dikarenakan pola hidup masyarakat yang nantinya akan lebih mengarah kepada gaya hidup sehat. “Pascapandemi orang-orang memilih hidup dengan budaya baru, lebih sehat. Itu bersumber dari jamur, buah-buahan hingga sayur. Jumlah nasi cenderung dikurangi. Dilihat dari variasi tanaman produksi lebih cenderung ke hortikultura,” jelasnya.
Saat ini pun pemanfaatan lahan, dikatakannya, sudah mulai optimal dilakukan, baik lahan luas dalam arti sawah dan ladang, hingga pemanfaatan lahan sempit seperti pekarangan rumah. Jenis tanaman yang bervariasi sehingga di setiap wilayah ada penyebaran kecocokan tanaman, membuat tanaman hortikultura pun berpeluang untuk dikembangkan.
Meski demikian, Prof. Suparta mengatakan, produksi beras (padi) tetap harus ada. Hal ini untuk mempertahankan ketahanan pangan, sehingga tidak sampai terjadi impor beras. Menanam padi pun masih menjadi budaya masyarakat, yang membuat jenis tanaman ini tetap diproduksi.
Selain itu, Prof. Suparta mengatakan, konsumsi nasi sudah mulai berkurang. Semula 130 kilogram per kapita per tahun menjadi 100 kilogram per kapita per tahun terutama untuk penduduk di perkotaan. Dengan berkurangnya konsumsi beras, membuat kebutuhan berkurang. *wid