Denpasar (bisnisbali.com) –Bila melihat kondisi penyebaran pandemi covid-19 saat ini serta jumlah pasien positif masih terus bertambah maka efek terhadap sektor-sektor ekonomi di daerah ini masih terasa berat. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II masih berpotensi terkoreksi atau turun.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua pada April-Juni dan kuartal ketiga Juli-September masih tetap akan terkoreksi jika kondisi seperti ini belum ada perubahan,” kata Praktisi ekonomi dari STIE BIITM Sahid, Dr. Luh Kadek Budi Martini, S.E., M.M. di Sanur, Selasa (30/6).
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II masih terkoreksi, salah satunya karena orang-orang masih belum berani untuk berwisata (liburan), karena syarat perjalanan yang berat, juga biaya transportasi yang meningkat akibat pandemic covid-19.
Oleh karenanya, ia berharap, di tengah kondisi ekonomi yang terjadi saat ini, hal-hal yang bisa dilakukan oleh para pelaku ekonomi adalah memperbanyak konsumsi produk-produk konsumen lokal (krama Bali), seperti kuliner, jasa, kerajinan dan usaha sejenisnya. Tujuannya agar usaha bersakala UMKM ini bisa tumbuh di tengah kondisi ekonomi saat ini.
Dr. Budi pun menyampaikan potensi Bali selain pertanian adalah kerajinan dan jasa di industri kreatif yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi (IT) atau mengarah ke digital. Sektor-sektor ini perlu terus dikembangkan, meski Juli 2020 ini pariwisata akan dibuka, belum akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain karena biaya kesehatan yang tinggi (wajib rapid test dan swab), juga biaya transportasi masih mahal untuk wisatawan luar daerah.
“Mungkin hanya wisatawan lokal Bali saja yang akan memanfaatkan momentum itu, tetapi belum berdampak signifikan sekali,” jelasnya.
Oleh karena itu, menurutnya, meskipun misalnya pada Juli hingga Agustus sudah ada penuruan covid-19, tetapi kondisi belum membaik. “Perkiraan saya, pertengahan atau akhir triwulan II 2021, baru ada geliat perbaikan ekonomi,” imbuh Dr. Budi.*dik