Denpasar (bisnisbali.com) –Akibat pandemi Covid-19 banyak pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang menutup operasional, karenan turunnya permintaan pasar. Ketua Badan Pengurus Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Provinsi Bali, Dolly Suthajaya, Senin (29/6) mengatakan akibat dampak pandemi Covid-19 pelaku industri tekstil sebagian memilih bertahan, dan ada beberapa putar setir beralih usaha lain.
Diungkapkannya, sebagian besar industri TPT di Bali menghentikan operasional akibat Covid-19. Penurunan permintaan pasar salah satu penyebab industri TPT di Bali tidak memperoleh pemasukan.
Ia menjelaskan bagi pelaku industri tekstil bertahan tentu harus menanggung beban bulanan yang besar. Untuk itu, sebagian besar pelaku industri tekstil Bali memilih merumahkan karyawan. Kondisi Covid-19 ini dinilai lebih parah dibandingkan krisis moneter di Indonesia 1998 silam.
Suthajaya menyampaikan Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Bali saat ini dalam periode bertahan (survival mode). Beberapa pelaku TPT ini sudah beralih usaha menjadi usaha kuliner dan lain-lain.
Diakuinya, bagi pelaku TPT di Bali yang masih bertahan memilih beralih menjadi produsen Alat Pelindung Diri (APD). Produk yang diproduksi industri TPT saat Covid-19 seperti masker, baju hazmat.
Menurutnya, TPT yang beralih profesi masih mencoba usaha lain yang cocok di era new normal. Antara pemasaran alat kesehatan dan menjual produk kesehatan dan produk kuliner secar online.
Dolly Suthajaya menambahkan industri TPT di Bali masih sulit menggarap pasar ekspor dalam masa pandemi Covid-19. “Ekspor masih sulit karena serapan pasar tujuan ekspor masih lemah dan ongkos kirim yang masih tinggi,” tambahnya. *kup