Denpasar (bisnisbali.com) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali menilai kredit tumbuh melambat pada triwulan II 2020 di Bali, bersumber dari penurunan kredit pada semua jenis penggunaan baik konsumsi, modal kerja maupun investasi.
“Berdasarkan sektoralnya, melambatnya kredit bersumber dari melambatnya kredit perdagangan, akmamin dan pertanian,” kata Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho di Renon, Selasa (23/6) saat acara Obrolan Santai BI Bareng Media.
Dari sisi rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) di Bali pada triwulan II sedikit meningkat namun masih dalam batas threshold 5 persen. Diakui peningkatan NPL bersumber dari seluruh jenis penggunaan baik modal kerja, investasi maupun konsumsi. Sementara secara sektoral, peningkatan NPL bersumber terutama dari kredit perdagangan. DPK pada triwulan II tumbuh melambat bersumber dari melambatnya tabungan dan kontraksi giro.
Oleh karenanya penurunan BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) 25 bps pada Juni 2020 diharapkan dapat menjaga stabilitas perekonomian dan mendorong pemulihan ekonomi di era covid-19. Tidak hanya itu, Trisno menyatakan, ke depannya ruang penurunan suku bunga masih terbuka, seiring rendahnya tekanan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Penurunan suku bunga acuan tersebut dilakukan setelah dua bulan berturut-turut BI mempertahankan suku bunga kebijakan, pada April dan Mei 2020. Secara total, BI sepanjang 2020 telah menurunkan suku bunga sebanyak 75 bps,” ujarnya.
Dari sisi ekonomi Trisno menjelaskan
pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 di banyak negara menurun tajam seiring dengan meluasnya pandemi covid-19 dan disertai dengan berbagai upaya penanggulangan pembatasan aktivitas masyarakat. Dengan proyeksi kontraksi ekonomi berlanjut sampai dengan triwulan III 2020, BI memperkirakan ekonomi global 2020 mencatat pertumbuhan negative 2,2 persen.
“Pertumbuhan ekonomi nasional juga diperkirakan menurun pada triwulan II 2020,” ujarnya.
Ekspor menurun sejalan dengan kontraksi perekonomian global, sementara konsumsi rumah tangga dan investasi menurun sejalan dampak kebijakan PSBB yang mengurangi aktivitas ekonomi.
Ekonomi diperkirakan akan mulai menguat pada triwulan III 2020 sejalan relaksasi PSBB sejak pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan yang ditempuh. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan menurun pada kisaran 0,9 persen – 1,9 persen pada 2020 dan kembali meningkat pada kisaran 5 persen – 6 persen pada 2021.
Dengan pandemi covid-19, pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2020 diperkirakan akan mengalami kontraksi yang lebih dalam dari triwulan I 2020 (-1,14 persen, yoy) seiring dengan masih belum adanya kunjungan wisatawan baik domestik maupun macanegara ke Bali. Dari sisi pengeluaran, hampir semua komponen mengalami kontraksi, kecuali konsumsi rumah tangga. Demikian juga dari sisi lapangan usaha, hampir seluruh lapangan usaha utama Bali mengalami kontraksi kecuali pertanian dan konstruksi. *dik