Denpasar (bisnisbali.com) –Pandemi covid-19 berimbas pada perekonomian dan dunia usaha di daerah ini. Menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali secara tidak langsung ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Bali.
Kondisi inilah yang membuat Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali memproyeksikan pertumbuhan perekonomian Bali pada triwulan II 2020 akan kontraksi, namun bukan krisis.
“Kami memproyeksikan pertumbuhan perekonomian pada triwulan II akan terkontraksi lebih dari – 1,14 persen. itu karena penurunan aktivitas ekonomi di Bali akibat covid-19,” kata Kepala KPw BI Bali, Trisno Nugroho di Renon, Jumat (19/6).
Seperti diketahui pertumbuhan perekonomian Bali pada triwulan I 2020 mengalami kontraksi sebesar -1,14 persen (yoy). Bila dibandingkan data pertumbuhan ekonomi Bali pada 2017 mencapai 5,58 persen, 2018 di kisaran 6,32 persen dan 2019 menembus 5,64 persen, itu berarti pada triwulan I 2020 pertumbuhan ekonomi yang terendah.
Trisno menjelaskan pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan kedua (April hingga Juni) tidak menimbulkan krisis karena inflasi masih bagus dan terkendali. Bank sentral mencatat Bali pada Juni 2020 diperkirakan mengalami inflasi pada kisaran 0,40 persen sampai dengan 0,60 persen (mtm) dibanding dengan Mei 2020 yang mengalami deflasi – 0,9 persen mtm serta Juni 2019 dengan deflasi -0,02 persen mtm. “Sementara itu secara tahunan inflasi diperkirakan 2,57 persen sampai dengan 2,78 persen,” ucapnya.
Bila dibandingkan Mei 2020, kata dia, Bali tercatat mengalami deflasi 0,9 persen mtm berdasarkan disagregasinya inflasi disebabkan oleh kelompok core inflation and volatil food. Komunitas penyumbang utama andil inflasi yaitu angkutan udara 0,28 persen mtm, daging ayam ras 0,05 persen mtm, bawang merah 0,02 persen mtm, cumi-cumi 0,01 mtm dan kangkung 0,01 mtm. Sementara andil deflasi Mei 2020 yaitu canang sari -0,1 persen mtm, cabai rawit – 0,09 persen mtm, tongkol diawetkan – 0,06 persen mtm, bawang putih – 0,03 persen, telur ayam ras – 0,02 persen mtm.
Pertumbuhan Ekonomi Nasional, sementara itu berdasarkan informasi dari Departemen Komunikasi BI, pertumbuhan ekonomi nasional diprakirakan menurun pada triwulan II 2020, meskipun perkembangan terkini menunjukkan tekanan mulai berkurang. Ekspor menurun sejalan dengan kontraksi perekonomian global, sementara konsumsi rumah tangga dan investasi menurun sejalan dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengurangi akitivitas ekonomi.
Perkembangan Mei 2020 mengindikasikan tekanan terhadap perekonomian domestik mulai berkurang. Kontraksi ekspor terlihat tidak sedalam prakiraan sebelumnya sejalan peningkatan permintaan dari Tiongkok. Beberapa indikator dini permintaan domestik juga mengindikasikan perekonomian telah berada di level terendah dan mulai memasuki tahapan pemulihan seperti tercermin dari penjualan semen, penjualan ritel, PMI, dan ekspektasi konsumen yang lebih baik dari capaian bulan sebelumnya.
BI memprakirakan proses pemulihan ekonomi mulai menguat pada triwulan III 2020 sejalan relaksasi PSBB sejak pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan yang ditempuh. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan menurun pada kisaran 0,9 persen hingga 1,9 persen pada 2020 dan kembali meningkat pada kisaran 5 persen – 6 persen pada 2021 didorong dampak perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan pemerintah dan BI. Ke depan, BI terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh dapat semakin efektif dalam mendorong pemulihan ekonomi selama dan pascacovid-19.*dik