Meski diakui membantu kalangan peternak ayam petelur untuk memasarkan produk di tengah kondisi pandemi Covid-19, ternyata pedagang telur dadakan yang marak menjajakan jualan di pinggir jalangan dengan menggunakan mobil pribadi ini berpotensi mengacaukan harga di tingkat peternak. Terlebih saat harga telur ayam di tingkat peternak sempat turun sebelumnya. Apa sebabnya?
SALAH satu pelaku usaha ternak ayam petelur, Darma Susila, di Desa Buruan Tabanan mengungkapkan, di tengah kondisi pandemi membuat harga telur ayam di tingkat peternak masih tetap stabil pada Maret. Sayangnya, memasuki April seiring juga dengan harga ayam potong yang turun atau melorot tajam hingga menyentuh Rp 7.000 per kg, kondisi itu diikuti juga dengan penurunan harga telur ayam yang normalnya berada di kisaran Rp 1.350 per butir menjadi turun ke angka Rp 900 per butir.
Terangnya, kondisi harga telur ayam yang turun ini kemudian banyak dimanfaatkan oleh pebisnis dadakan yang di antaranya merupakan masyarakat korban PHK atau dirumahkan untuk ikut memasarkan dengan berjualan di pinggir jalan memanfaatkan kendaraan pribadi. Akuinya, kehadiran pebisnis dadakan penjual telur ini ada dampak positif dan negatifnya.
Jelas Darma, dampak positifnya adalah peternak menjadi terbantu untuk pemasaran produk di tengah murahnya harga, terlebih lagi saat pemberlakuan pembatan kegiatan masyarakat (PKM) di sejumlah daerah terkait upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Sayangnya, di balik sisi positif tersebut, katanya ada sisi negatif yang justru malah merugikan peternak ayam petelur. Yakni, pebisnis dadakan ini justru berpotensi malah membuat harga telur di tingkat peternak yang sudah murah menjadi makin kacau.
“Di tengah harga yang sudah turun, pedagang dadakan ini cenderung berlomba-lomba menurunkan harga telur sehingga harga menjadi makin turun,” ujarnya.
Untungnya, seiring dengan banyaknya peternak yang melakukan afkir pada ayam, berdampak dua minggu terakhir harga telur ayam di tingkat peternak ini sudah mulai menguat. Seiring dengan itu, jumlah pedagang telur dadakan ini pun sudah mulai berkurang. Sebab, mereka (pedagang dadakan) mulai kesulitan untuk mencari telur.
Terangnya, saat ini harga telur ayam yang sebelumnya sempat turun dari Rp 1.350 per butir menjadi Rp 900 per butir, sejak dua minggu terakhir sudah naik ke posisi Rp 1.250 per butir, namun belum mencapai posisi harga normal seperti sebelumnya. Akuinya, harga jual saat ini sudah berada di atas BEP yang berada di kisaran Rp 1.100 per butir, namun itu tidak serta merta bisa dinikmati langsung oleh peternak saat ini.
“Meski harga sudah di atas BEP, peternak belum tentu langsung diuntungkan. Sebab, peternak masih harus menutupi kerugian dari turunnya harga kondisi sebelumnya, sehingga masih butuh waktu lagi agar harga yang baru ini bisa menjadi untung,” kilahnya. *man