Denpasar (bisnisbali.com) –Kasus postif covid-19 yang sudah menyebar di pasar tradisional memunculkan kecemasan akan sulitnya penanggulangan. Edukasi menjadi poin penting yang harus diberikan kepada warga masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan.
Pengamat ekonomi, Dr. Putu Ngurah Suyatna Yasa, S.E., M.Si, saat diwawancarai, Senin (15/6) menyatakan sudah sejak lama memiliki kekhawatiran akan penyebaran covid-19 di pasar tradisional. Hal itu dikarenakan, melihat kepedulian terhadap aturan standar kesehatan pada kelompok masyarakat yang notabena berada di pasar tradisional agak kurang. “Agak sulit bagi mereka untuk menerapkannya sehingga sering lupa. Seperti lupa memakai masker ataupun mengganti masker, termasuk penerapan social atau physical distancing yang kurang,” ujarnya.
Di sisi lain munculnya kelompok-kelompok baru yang berasal darai pegawai dirumahkan, pekerja kapal pesiar yang juga kelihangan penghasilan dan sebagainya, yang juga merambah pasar tradisional atau pinggir jalan untuk mencari penghasilan. Menurutnya, ini akan menjadi situasi sulit, di satu sisi harus mencari pekerjaan, dan jika tidak dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan, tentu menjadi kekahwatiran akan penyebaran covid-19. “Kebiasaan masyarakat yang kurang aware (sadar) membuat sulit, sehingga edukasi yang memang harus lebih ditekankan kepada masyarakat,” tuturnya.
Tidak hanya penerapkan protokol kesehatan yang minim, adanya perilaku pedagang bolos dari tes rapid ataupun tes swab, kata Putu Ngurah Suyatna juga menunjukkan kurangnya kesadaran dari masyarakat. Dengan begitu, kesadaran itu yang harus perlu dibangun melalui edukasi. “Seperti yang dikatakan Presiden Jokowi, saat ini harus kepada edukasi masyarakat secara terus-menerus. Masyarakat Indonesia terutama menengah ke bawah akan sulit menerima informasi-informasi baru. Kalau memutuskan lockdown, tentu itu berat,” terangnya.
Terkait lonjakan kasus positif covid-19 yang terjadi di Pasar Kumbasari, saat ini, Suyatna mengatakan, harus ada tindakan yang konsisten. Menurutnya, jika memang harus diblok (ditutup), lakukan selama dua minggu sembari berbagai tes dilakukan dan tidak ada lagi yang sampai tercecer atau masih bisa berjualan. Paling tidak, pedagang akan berada di rumah dan tidak menimbulkan kasus baru. Untuk pasokan bahan pangan, menurutnya, bisa dialihkan ke pasar-pasar desa dan lainnya. *wid