Denpasar (bisnisbali.com) –Pasar mobil bekas di lapangan saat ini mengalami penurunan yang drastis atau penjual menyebutnya mati suri sejak mewabahnya pandemi covid-19. Kondisi ini membuat harga ikut terjun bebas seiring sepinya transaksi penjualan.
“Penjualan sepi, walaupun ada hanya dari makelar bukan dari pembeli langsung. Itu pun dengan harga corona atau penawaran di bawah harga normal,” kata pengelola penjualan mobil bekas, Ngurah Jaya di Denpasar, Kamis (28/5).
Ia mengakui, sejak pandemic covid-19 kini muncul istilah harga corona. Permintaan yang datang selalu meminta harga corona. Dicontohkan avanza 2013, jika kondisi normal di kisaran Rp130 jutaan kini terjun bebas Rp100 juta- Rp105 juta. Penurunan harga berlaku untuk semua jenis kendaraan. Bila dikalkulasi penurunan penjualan ada di kisaran 30-40 persen dibandingkan sebelum adanya virus corona.
Tidak hanya itu finance juga sudah stop selling dari Maret 2020 tidak melayani kredit. “Jadi sekarag ini rata-rata penjual memilih tidak menjual mobil terlebih dahulu sembari menunggu harga jual kembali normal,” ujarnya.
Alasannya karena dulu beli kendaraan saat kondisi dan harga normal. Sementara penawaran harga yang banyak diminta bisa di bawah standar. “Kalau sekarang menggunakan harga corona menjual kendaraan, pasti harganya anjlok dan habis dong modalnya,” imbuhnya.
Kendati demikian ada pula mereka yang terpaksa merugi dan menjual karena kepepet kebutuhan finansial. Diakui, selama ini pemasaran penjualan menggunakan sarana daring dengan mengiklankan mobil di media sosial seperti FB, OlX, jual beli mobil dariong, marketplace dan lainnya.
Hal sama dikatakan pengelola Shee Motor, Gatotgaga. Ia membenarkan harga mobil mengalami penurunan sekitar 20 persen dari harga sebelum covid-19.
“Ini berlaku hanya di 70 persen mobil yang dijual dengan segmen menengah. Sisanya segmen mobil premium masih belum terpengaruh harga selama covid-19,” katanya.
Mobil segmen menengah seperti Xenia, avanza, sigra, calya, ertiga, apv, mobilio, ayla, calya, brio dan yang satu segmen. Harga mobil yang terjadi di pasaran dari sebelumnya missal Rp100 juta kini menjadi Rp80 juta.
Gatotgaga menyampaikan, perlu diketahui penurunan mobil diakibatkan mobil yang biasa dipakai untuk usaha wisata selama ini tidak bisa lagi support. Oleh karenanya mobil yang masih dalam angsuran dijual murah untuk melunasi utang. Bisa pula, mereka tidak bisa membiayai operasional sehingga aset berupa mobil dijual cepat dan murah.
Sementara dari sisi pembelian, kata dia, minat beli masyarakat turun 80 persen pada April 2020. Pada Mei 2020 ini beranjak naik jadi 60 persen. Itu terjadi diperkirakan karena profil customer di Bali yang beli mobil memang berasal dari usaha yang tidak terpengaruh covid atau dari usaha nonpariwisata. *dik