Setelah pemerintah mengendalikan pandemi corona (covid-19), pariwisata Bali mesti mempersiapkan layanan baru dengan konsep new normal. Sejauhmana layanan new normal, pariwisata Bali telah siap menghadapi endemi covid-19 sama seperti endemi demam berdarah, malaria dan endemi lain?
DEWAN Pembina DPD Asita Bali, Bagus Sudibya mengatakan, layanan new normal akan menjadi bagian budaya hidup bersama corona. Masyarakat dan pariwisata Bali tidak hidup berdampingan atau berdamai dengan corona. “Sebaliknya budaya dan layanan new normal, pariwisata Bali bisa mengontrol covid-19,” ucapnya.
Ia menjelaskan, budaya dan layanan new normal ini mencakup prosedur pencegahan covid-19. Masyarakat diarahkan terbiasa melaksanakan pola hidup bersih dan sehat.
Konsul Kehormatan Afrika Selatan untuk Bali ini memaparkan, dalam budaya dan layanan new normal dalam kehidupan masyarakat dan layanan sektor pariwisata tetap menerapkan social distancing dan physical distancing. Masyarakat sektor pariwisata Bali akan terbiasa menerapkan jaga jarak (tetap tidak bersentuhan), tetap rajin cuci tangan, pakai hand sanitizer, dan tetap pakai masker jika keluar rumah.
Bagus Sudibya meyakinkan, ketika pariwisata dibuka untuk wisatawan pascapandemi covid-19 Bali telah memiliki SOP dengan layanan baru new normal. Prosedur pengecekan kesehatan termasuk kelengkapan surat bebas corona perlu dipersyaratkan saat pemeriksaan di bandara, dan pelabuhan. Di kendaraan umum, kendaraan angkutan wisata, di hotel, objek wisata, rumah sakit dan bahkan di ruang publik akan tetap diberlakukan physical distancing (duduk dengan jaga jarak).
General Manager (GM) Hotel Sovereign Bali, I Made Ramia Adnyana, sepakat dengan layanan new normal pascapandemi covid-19. Bali akan mendatangkan wisatawan kualitas. Pascacovid-19, Bali tidak lagi menggarap mass tourism melainkan bergeser mengarah ke quality tourism.
Hotel telah menyiapkan SOP new normal ini. Contoh implementasinya ketika memasuki main entrance hotel akan dicek dengan thermogun, cuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer dan menggunakan masker ketika check in.
Ia berharap proses check-in ke depan, lebih menggunakan online system sehingga meminimalisir terjadinya kontak fisik antara pegawai dan tamu. “Proses check-in bisa diminimalisir sesingkat mungkin, dengan melakukan in room check, jadi tidak ada antrean di lobi,” tegasnya.
Semua kamar, sudah dipersiapkan dengan proses ozonisasi yang telah terjaga hygiene and sanitazation-nya. Tingkat kebersihan publik area seperti lobi, toilet umum, lift, spa, pool, gym, dan restoran dipastikan akan jauh lebih ketat. Ini dengan menggunakan desinsfektan dengan minimal 3 kali sehari atau lebih sering sesuai keramaian tamu yang dilayani.
Ramia Adnyana menambahkan, jika telah beroperasi hotel tidak akan menawarkan buffet, untuk makan pagi dalam rangka mengurangi kerumunan di restoran. Tempat duduk di restoran juga diatur sesuai arahan social distancing atau physical distancing. *kup