Denpasar (bisnisbali.com) –Pandemi covid-19 tidak hanya membawa pengaruh pada perekonomian dan dunia usaha, namun juga kepada perubahan perilaku konsumen. Oleh karena itu, pelaku usaha ke depannya harus bisa menciptakan peluang-peluang usaha yang sesuai dengan kondisi saat ini.
“Selanjutnya, dunia usaha juga perlu mempersiapkan ketika dunia sudah mulai akan memasuki kehidupan yang disebut dengan living a new normal,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda di Renon.
Menurutnya menurunnya kinerja perkembangan di dunia usaha berdampak kepada kinerja konsumsi masyarakat. Hasil survai konsumen April menunjukkan, indeks keyakinan konsumen saat ini sudah mencapai ke level pesimis. Penurunan yang cukup dalam terutama untuk persepsi akan kondisi saat ini baik dalam hal jumlah penghasilan maupun ketersediaan lapangan kerja.
Ia pun menyebutkan ada beberapa hal pemicu agar pelaku usaha melakukan perubahan. Berdasarkan hasil survai BI kepada 200 responden pada April 2020 menyatakan terjadi penurunan pendapatan untuk 78 persen responden. Menurunnya pendapatan disebabkan oleh menurunnya penjualan serta adanya kebijakan pengurangan jam kerja, gaji dan insentif.
“Penurunan tersebut terutama dialami oleh pekerja di sektor pertanian, jasa pendidikan dan jasa administrasi pemerintahan,” katanya.
Adanya penurunan pendapatan direspons dengan menurunkan biaya kebutuhan sehari-hari oleh 61,5 persen responden. Responden yang mengurangi biaya kebutuhan sehari-hari terutama yang memiliki pendapatan lebih rendah. Selanjutnya, besar penurunan tersebut diperkirakan mayoritas 10-30 persen dari pengeluaran sebelumnya.
Selanjutnya, makin meluasnya penyebaran covid-19 serta kebijakan school from home dan work from home juga menyebabkan perubahan dalam pola belanja di masyarakat.
Berdasarkan hasil survai dari Nielsen Indonesia, saat ini masyarakat cenderung untuk mengurangi aktivitas berkunjung ke supermarket serta kegiatan makan di luar rumah. Masyarakat mengganti menjadi aktivitas memasak sendiri di rumah serta melakukan pembelian kebutuhan secara online.
“Kondisi ini mengakibatkan peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk telekomunikasi maupun FMCG. Sebaliknya, pengeluaran untuk transportasi, pendidikan, serta leisure (wisata, makan di luar) mengalami penurunan,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, pelaku usaha harus dapat lebih berinovasi dalam menciptakan peluang-peluang usaha yang sesuai dengan kondisi saat ini.
Terkait hal itu Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan mengatakan, setelah berakhirnya wabah pandemic covid-19, bank akan mendukung peningkatan ekonomi melalui penyaluran kredit, terutama kredit yang bersifat produktif seperti kredit modal kerja ke segmen-segmen yang terdampak Covid-19, terutama UMKM.
“Saat ini pun Mandiri telah aktif menyalurkan kredit ke segment UMKM. Selama Maret 2020, kami masih melakukan penyaluran kredit secara selektif untuk UMKM dan konsumtif mencapai Rp10,1 triliun,” katanya.
Ia mengatakan sektor peningkatan dunia usaha melalui penyaluran kredit yang bersifat produktif yaitu mengarah ke kredit modal kerja dan kredit investasi. Selain itu, Rully menyampaikan bank ingin menjadi partner finansial masyarakat Indonesia, dengan menghadirkan pengalaman seamless banking ke tangan masyarakat Indonesia.
“Seamless banking menawarkan kemudahan-kemudahan seperti proses pengajuan kredit yang cepat dan simple dan menciptakan kepuasan nasabah dengan customer experience yang andal dan ramah,” ucapnya. *dik