Ketut Swabawa,  Standar Baru dalam Layanan Pariwisata

SAAT ini dunia pariwisata berada pada titik terendah. Dalam dampak pandemi Covid-19, pasar pariwisata akan menuntut adanya standar baru dalam pelayanan dan performansi produk khususnya di bisnis perhotelan.

600
Ketut Swabawa

SAAT ini dunia pariwisata berada pada titik terendah. Dalam dampak pandemi Covid-19, pasar pariwisata akan menuntut adanya standar baru dalam pelayanan dan performansi produk khususnya di bisnis perhotelan.

Wakil Ketua DPD Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali,  Ketut Swabawa,  mengatakan penyiapan standar layanan dan performansi produk baru ini diprediksi akan memicu peningkatan biaya operasional di sektor perhotelan.

Menurutnya, penyiapan layanan baru ini dipicu dengan reaksi pasar akibat kondisi pandemi Covid-19. Ini diikuti perubahan perilaku konsumen sehingga mendorong tampilnya suatu produk dengan nilai tambah pada protokol kesehatan.

Ketut Swabawa yang juga akademisi kepariwisataan mengatakan, praktisi perhotelan sedang gencarnya menyiapkan standar baru untuk produk dan layanan. Ini termasuk strategi marketing untuk mempromosikan tampilan hotel kedepannya pascacovid-19.

Pelaku pariwisata di Bali hampir setiap hari menyelenggarakan webinar atau seminar atau sosialisasi secara online. “Webinar, bahkan bukan 1 agenda, bisa 2-4 topik per hari dilaksanakan berbagai asosiasi, komunitas serta pemerintah selain di internal hotel sendiri bersama tim manajemennya,” ucapnya.

Swabawa menilai hotel wajib mengedepankan kualitas produk dan layanan berdasar estetika, etika dan kenyamanan. Ini dituntut agar mampu menambahkan nilai pada protokol kesehatan.

Produk yang sehat tidak hanya terbatas pada bersih menjadi hygiene dan sanitasi, tetapi juga menyangkut physical disthancing. Pelaku pariwisata perlu mengubah tata letak atau lay out bahkan expanded venue untuk kegiatan tertentu.

Swabawa mencontohkan sebuah restoran yang mampu menampung 300 pax untuk breakfast di masa sebelumnya. Kini perlu dipikirkan tempat lainnya yang lebih luas jika masih harus melayani 300 pax tersebut. “Ini dikarenakan physical disthancing akan menuntut posisi tempat duduk agar lebih berjarak seperti round table yang biasa untuk 6 orang kini hanya untuk 4 orang, dan sebagainya,”  kata Swabawa. *kup