Denpasar (bisnisbali.com) –Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I 2020 mengalami kontraksi -1,14 persen (yoy) yang dipengaruhi oleh pandemic covid-19. Menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali secara tidak langsung ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah ini.
Pemerhati ekonomi yang bekerja di KPw Bank Indonesia (BI) Bali, M. Setyawan Santoso, menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Bali pada triwulan I 2020 menunjukkan negatif bersumber dari dua sisi. Pertama, penurunan kinerja sektor hotel dan restoran yaitu akomodasi makanan dan minuman (akmamin) yang disebabkan oleh kebijakan penutupan arus lalu lintas penerbangan dari dan ke Bali terkait covid-19.
“Mengingat perekonomian Bali sangat didominasi oleh sektor pariwisata, maka penurunan kinerja pariwisata sangat berdampak signifikan,” katanya.
Kedua, sektor nonpariwisata yang tumbuh tidak cukup tinggi sehingga tidak mampu menahan penurunan kinerja sektor pariwisata.
Deputi Direktur KPw BI Bali ini mengatakan perhatian pemerintah dan seluruh pihak terhadap pariwisata sudah sangat baik. Hal dibuktikan dengan banyaknya program pemulihan pariwisata Bali yang lebih dikenal dengan istilah “Bali New normal”.
“Ke depan, kita harus juga memperhatikan sektor nonpariwisata yang berfungsi sebagai bumper untuk menjaga goncangan yang mengancam sektor pariwisata sehingga kinerja perekonomian dapat terjaga,” ucapnya.
Menurutnya, salah satu sektor nonpariwisata yang paling memiliki potensi untuk didukung adalah sektor pertanian. Mengapa sektor pertanian ?. Kata Emsan biasa ia disapa, sektor pertanian merupakan sektor yang pertama kali harus dibangun sebelum sektor lainnya.
Berbagai teori pertumbuhan ekonomi dari para ahli seperti Rostow (1916) dengan teorinya the stages of economic growth, Frederich list (1789) dengan teori pertumbuhan ekonominya, selalu menyebut bahwa tahap pertama perekonomian selalu diasosiasikan dengan sektor pertanian, perikanan dan peternakan.
“Perekonomian akan berlanjut menuju tahap yang lebih tinggi apabila memiliki fondasi yang kuat di sektor pertanian,” jelasnya.
Sektor pertanian memiliki kontribusi cukup besar yaitu 13,5 persen yang merupakan sektor kedua terbesar setelah sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Bali. Selain itu sektor ini memilihi ketahanan yang cukup kuat terhadap tekanan permintaan dan penawaran. “Hal ini terbukti bahwa sektor ini masih tetap tumbuh positif pada saat pertumbuhan ekonomi negatif,” tegasnya.
Sektor pertanian menyerap tenaga kerja 19,6 persen yang merupakan sektor terbanyak menyerap tenaga kerja di Bali. Sifat lapangan kerja di sektor pertanian juga fleksibel karena dapat mengirim tenaga kerja ke sektor lain di saat ada yang membutuhkan, di sisi lain dapat menyerap tenaga kerja dari sektor lain pada saat terjadinya pengangguran.
“Oleh karenanya sektor nonpariwisata perlu mendapatkan perhatian . Yang dapat kita lakukan pada sektor pertanian yaitu mendukung sektor ini dengan sektor industri atau agroindustry,” kata Setyawan.*dik