PANDEMI Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran hingga menyebabkan stres di masyarakat. Belum lagi, ada banyak kerugian akibat turunnya perekonomian karena turut terdampak Covid-19. Namun di balik itu semua, masyarakat harus banyak merenung. Banyak pengalaman dan pelajaran penting yang bisa dipetik untuk perbaikan pada masa mendatang.
“Salah satu penyadaran, pemahaman dan pelajaran penting yang perlu kita renungkan, yakni khusus di Bali, ada hubungan sangat penting dan erat dalam pelaksanaan panca yadnya, dengan pertumbuhan ekonomi atau perputaran ekonomi,” kata Wakil Bupati Karangasem Dr. I Wayan Artha Dipa, S.H.
Seperti pengalaman kali ini, ketika panca yadnya tidak bisa dijalankan secara normal seperti sediakala sebelum ada wabah corona. Dengan adanya anjuran tetap tinggal di rumah dan beribadah di rumah, panca yadnya kini tidak bisa melibatkan banyak orang. Ada pula panca yadnya yang ditunda pelaksanaannya atau dilaksanakan sederhana, tanpa mengurangi filsafatnya. Hal ini menyebabkan adanya penurunan harga kebutuhan upacara karena kebutuhan juga menurun. Di antaranya, harga hewan ternak kini murah. Kemudian janur, buah kelapa, harga bunga-bungaan, hasil pertanian berupa buah-buahan yang selama ini banyak digunakan nanding banten upakara, kebutuhannya juga jauh menurun.
‘’Kalau kita mempelajari konsep cakra manggilingan (roda atau cakra berputar, red), sejalan dengan perputaran kehidupan dan perputaran ekonomi,’’ papar pria yang pernah menjabat Sekda Karangasem dan lebih dari 30 tahun berpengalaman dalam birokrasi itu.
Artha Dipa berharap, masyarakat makin menaati dan melaksanakan anjuran pemerintah, dalam rangka memutus penyebaran virus corona ini. Semua pihak harus menyadari, satu orang saja yang terkonfirmasi positif Covid-19 lalu lengah dan tidak disiplin dapat menularkan virus itu kepada orang lain. Pada akhirnya, akan ada banyak orang yang kesusahan.
‘’Semoga putus dan hilangnya penyebaran wabah ini lebih cepat, sehingga kita bisa lebih cepat beraktivitas secara normal kembali. Kalau kita sudah bisa kembali beraktivitas secara normal, tentu saja kita harapkan pemulihan ekonomi kita nanti bisa lebih cepat,’’ katanya.
Menurut pria asal Desa Sangkan Gunung, Sidemen itu, jika nanti pariwisata sudah bisa dibuka lagi, kewaspadaan tetap harus dijaga. Sebab, Bali merupakan destinasi pariwisata terkenal dan favorit di dunia. Jangan sampai, begitu objek pariwisata dibuka kembali justru tidak selektif dan akhirnya ada kasus penularan lagi.
“Orang atau wisatawan dari negara atau wilayah yang selama ini dikenal merah atau banyak penularan corona, hendaknya diseleksi. Bila perlu kalau mereka ingin berwisata ke daerah kita, apakah protokol kesehatan dijalankan, misalnya harus melalui prosedur karantina ataukah cukup dengan surat atau keterangan sehat? Pengalaman berharga terkait wabah Covid-19 ini, tentunya menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita untuk ke depannya,’’ tandasnya. *bud