Tabanan (bisnisbali.com) –Sejumlah peternak di Kabupaten Tabanan menyambut gembira kebijakan pemerintah daerah dengan membeli hasil produksi petani maupun peternak di tengah pandemi corona (covid-19). Walau begitu, kebijakan tersebut dinilai belum signifikan mendorong harga produksi di pasaran saat ini.
Salah satu pelaku usaha ternak ayam petelur, Darma Susila, di Desa Buruan Tabanan, Senin (11/5) menyambut gembira program Pemkab Tabanan dalam membeli hasil produk pertanian di tengah pandemi corona. Betapa tidak, kebijakan tersebut dinilai menjadi solusi di tengah kebuntuan penyaluran distribusi yang dihadapi petani sekarang ini.
“Saat ini sebenarnya banyak dari peternak ini dihadapkan pada permintaan pasar yang masih bisa menyerap, namun belum dibarengi dengan kelancaran dalam pendistribusian ke pasaran,” tuturnya.
Jelas Darma, itu terbukti dengan adanya kebijakan pembelian dari pemerintah daerah dan juga banyak pelaku usaha dadakan (karyawan korban PHK) beralih profesi sebagai pengepul yang membeli telur langsung ke peternak untuk dijual kembali. Hal ini mulai berpengaruh pada berkurangnya penumpukan stok telur di tingkat peternak. Artinya, meski tidak besar, serapan pasar akan telur ini tetap ada namun memang sebelumnya terkendala karena terhambatnya distribusi.
Sambungnya, kebijakan pemerintah daerah mampu menyerap berkisar 5 persen dari rata-rata produksi telur. Diakuinya, jumlah serapan itu masih kecil dan kemungkinan belum bisa mendongkrak harga jual produk di pasaran. Namun dengan jumlah serapan yang dilakukan secara kontinu (3 bulan), tentu itu sangat membantu kalangan peternak dan juga pelaku di sektor pertanian dalam arti luas lainnya.
“Saat ini harga telur ayam di tingkat peternak menyentuh Rp 1.100 per butir, turun dari Rp 1.350 per butir dibandingkan saat menjelang munculnya pandemi corona,” tandasnya.
Jika dikaitkan dengan break event point (BEP) di sektor peternakan ayam petelur dan kondisi lonjakan harga pakan pabrikan sejak April lalu, katanya, harga telur ayam di tingkat peternak sudah mepet. Artinya, peternak tidak mendapatkan untung dari usaha yang digelutinya saat ini.
Saat ini rata-rata produksi telur ayam sudah jauh menurun dari sebelumnya, dampak dari kondisi ekonomi yang terjadi sejak dua tahun terakhir. Paparnya, dari sebelumnya yang memiliki rata-rata produksi mencapai 30 ribu butir per hari, kini paling hanya 8 ribu-10 ribu butir per hari.
Hal senada juga diungkapkan peternak lainnya, Ketut Karya. Dia menyambut baik langkah yang diambil oleh pemerintah daerah dalam menyerap hasil pertanian. Sebab, saat ini yang dibutuhkan adalah produksi bisa terserap di pasaran dengan harga yang layak untuk menggairahkan petani untuk tetap kontinu dalam berproduksi.
Selama ini, ujarnya, dengan tidak adanya serapan pasar dari kalangan hotel dan restoran, kondisi tersebut membuat harga jual menjadi turun karena kebutuhan di tingkat pasar tradisional yang merupakan satu-satunya tujuan pemasaran produk juga menurun seiring dengan turunnya daya beli konsumen dampak dari pandemi corona. Sebab itu, program pembelian produksi dari petani ini bisa menolong petani dan diharapkan bisa berlanjut tidak saja di tengah pandemi, namun berlanjut pada saat kondisi pemulihan dari pascapandemi nantinya. *man