SITUASI perekonomian masyarakat saat ini sedang kesulitan. Semua terdampak masalah wabah Covid-19. Usaha apa saja sedang susah. Bahkan, masyarakat atau ibu-ibu rumah tangga yang hampir di tiap rumah tangga, memelihara ternak babi, juga kesulitan.
Peternak babi dan ayam, tidak hanya harga ternaknya murah atau tidak ada yang membeli, karena jauh berkurangnya kegiatan panca yadnya atau kegiatan lain yang biasanya menyerap berbagai hasil ternak, tetapi juga peternak mengalami masalah yang tak kalah merugikannya dengan dampak dari wabah covid di dunia. Wabah berupa gerubuk ternak ayam, terutama ayam kampung dan babi mati masih terus berlangsung di wilayah Karangasem.
Ketua Satgas Gotong Royong Percepatan Penanggulangan Covid-19 Desa Adat Susuan, I Gede Sandi, S.H. mengatakan, warga di desanya, termasuk ibu-ibu rumah tangga banyak yang memelihara babi. Beternak babi, dilakukan ibu-ibu rumah tangga petani, sebagai sambilan, dalam rangka memanfaatkan limbah rumah tangga.
Cuma setelah babi mereka besar atau cukup untuk dijual, ternyata murah bahkan tidak ada yang mau membeli. Di samping ada juga peternak babi mengalami rugi total, karena babinya sakit lalu mati. ‘’Akhirnya, ada juga yang berinisiatif mepatung daging babi. Ternak babi yang sudah besar, terpaksa dijual dengan harga murah, ada yang mengkoordinir di desa kami, dibeli, lalu dipotong bersama-sama dan dagingnya dipatungkan. Per kg daging babi itu, dijual Rp 15 ribu, bahkan saya dengar ada juga menjual daging babi sehat itu Rp 10 ribu per kg.
Sementara di pasar Amlapura, pedagang ada yang masih menjual daging babi per kg Rp 50 ribu. Sistem mapatung ini, upaya lumayan membantu peternak jangan sampai rugi total, agar bisa sama-sama jalan,’’ papar Gede Sandi yang juga salah seorang tokoh masyarakat Desa Susuan itu.
Bantuan pemerintah dalam rangka masyarakat bisa mengisi waktu di mana warga dianjurkan tetap di rumah, dengan kegiatan positif dan kreatif, sangat penting. Beberapa hari lalu, pihak Dinas Pertanian Karangasem membantu warga di Kota Amlapura dengan bibit cabai, terung dan sayuran lainnya, dan hal itu dinilai sangat bagus. Sebab, warga di perkotaan sangat memerlukan sayuran dan tanaman bumbu yang tiap hari diperlukan.
Sementara di kota warga tentunya tidak memiliki lahan pertanian luas, hanya ada pekarangan rumah. Di Susuan, Kota Amlapura, misalnya, pihaknya dari desa, menggerakkan ibu-ibu PKK dan kelompok wanita tani (KWT) sebagai pendamping dan tentunya nanti bisa minta bantuan petugas penyuluh lapangan pertanian (PPL) dalam rangka menjalankan program ketahanan pangan memanfaatkan lahan sempit di perkotaan.
‘’Tentunya menam sayuran dalam pot itu, merupakan sayuran organik. Hasil panen, nanti bisa dijual melalui warung-warung sehat di desa. Pedagang di warung di desa kami, oleh Satgas selalu diawasi, agar tetap disiplin menggunakan masker saat berjualan, dengan demikian warga pembeli pun yakin mereka membeli bahan untuk keperluan di rumahnya, aman dari kontaminasi bibit penyakit,’’ tandas Sandi. *bud