Gianyar (bisnisbali.com) –Pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gusti Putu Sriati asal Desa Bona, mengatakan sebagai perajin sandal untuk hotel, dirinya mengaku seratus persen terdampak pandemi Covid-19. Adanya pandemi covid ini, dirinya sejak Februari telah berhenti total berproduksi. Bahkan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, profesi kuli bangunan menjadi tumpuan hidupnya.
“Agar bisa bertahan, saya sejak awal Maret lalu bekerja menjadi buruh bangunan, mau bagaimana lagi, ini jalan satu-satunya untuk bertahan hidup,” tuturnya sedih.
Pandemi ini begitu dahsyat pengaruhnya bagi perajin seperti dirinya yang mengandalkan dunia pariwisata, khususnya hotel. Bom Bali maupun musibah meletusnya Gunung Agung malah tidak begitu berdampak besar, masih tetap bisa berproduksi.
Terakhir dirinya mengirim sandal ke hotel yang pembeli tetapnya di Ubud, Jimbaran, Uluwatu dan hotel di Karangasem pada Februari lalu, dan hingga kini belum mendapat pembayaran. Sementara bahan baku masih menumpuk di rumah, karena berdasarkan kebiasaan pada Maret biasanya tamu sedang ramainya dan dirinya juga sudah menyiapkan pesanan per order untuk beberapa hotel. Namun kini semua menumpuk tidak bisa dijual.
“Saya tidak bisa menyalahkan pihak hotel. Karena mereka juga tidak beroperasi karena tidak ada tamu. Saya hanya bisa pasrah, semoga ini semua cepat berlalu,” ujar Gusti Sriati sedih.
Ia berharap dan mungkin juga ini harapan pelaku IKM semuanya, semoga perhatian pemerintah tidak berhenti sampai di sini saja. Semoga setelah pandemi ini berlalu, pemerintah maupun Dekranasda Kabupaten Gianyar tetap membantu agar mereka bisa bangkit dan berusaha kembali.
Senada dikatakan Made Mardika pelaku IKM atau perajin kendang dan gambelan dari Getas Buruan Gianyar, semenjak terjadi Covid-19 sangat sulit mendapatkan orderan. Walaupun demikian ia tetap bertahan memasarkan produk kerajinan yang telah dibuat sebelumnya. Pemerintah diharapkan juga bisa memberikan bantuan kepada dirinya sebagai pelaku IKM terdampak Covid-19. *kup