SAAT pandemi Covid-19 memang masih ada perusahaan handicraf yang masih berproduksi. Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali, Ketut Dharma Siadja mengatakan hanya saja kegiatan produksi ini untuk menyelesaikan orderan pasar yang sebelumnya masih tersisa.
Pria kelahiran Desa Mas Ubud ini menyampaikan orderan handicraf yang masih tersisa ini datang sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Ini dikarenakan sebelumnya di negara pasar belum terjadi pandemi corona.
Menurutnya, saat ini di negara pasar seperti Eropa dan Amerika Serikat juga terjadi penyebaran virus corona. Pascaterjadi Covid-19 pasar tidak melakukan pemesanan atau orderan baru.
Dharma Siadja meyakinkan pascapandemi Covid-19 ini kegiatan ekspor handycraft Bali ke sejumlah pasar luar negeri mengalami penurunan. “Di Indonesia termasuk di negara pasar masih fokus penanganan Covid-19,” tuturnya.
Ia meyakinkan eksportir yang masih menyelesaikan orderan sebelumnya akan mempekerjakan pekerja atau perajin secara bergilir. Â “Mereka dipekerjakan secara bergilir 15 hari dalam sebulan disesuaikan dengan kemampuan eksportir,” ucapnya.
Eksportir yang tidak mendapatkan orderan baru pascapandemi Covid-19 lebih memilih menutup usahanya sementara. “Ketika eksportir tidak berproduksi, maka karyawan dan perajin yang dipekerjakan sementara dirumahkan,” tegasnya.
Ketut Dharma Siadja menambahkan pemerintah bisa cepat menangani pandemi Covid-19. Ini termasuk di negara pasar juga bisa segera terbebas dari Covid-19. “Kami harapkan setelah pandemi Covid-19 berlalu, kegiatan ekspor bisa pulih lagi dan bisa memberikan pekerjaan kepada para perajin dan UKM,” tambahnya.*kup