Tabanan (bisnisbali.com) – Di tengah pandemi corona (covid-19), Bali mampu tetap eksis sebagai eksportir sejumlah komoditi hasil pertanian. Tak tanggung-tanggung volume ekspor mencapai puluhan ton per hari.
Salah seorang eksportir manggis dari Tabanan sekaligus pengelola usaha PT Radja Manggis Sejati, Jro Putu Tesan, mengungkapkan, di tengah pandemi corona permintaan pasar ekspor untuk manggis tetap ada. Volumenya, bahkan mencapai total 30-40 ton per hari dipasok oleh tiga perusahaan, yakni PT Raja Manggis, PT Bagus Segar Utama dan PT Manggis Lestari Abadi. Imbuhnya, terbaru ekspor manggis produksi petani lokal ini terserap ke Dubai Uni Emirat Arab, selain ke pasar Tiongkok.
“Sebenarnya ekspor ke Dubai untuk manggis ini bukan menjadi pasar baru bagi buah lokal. Sebab, tujuan ekspor yang sama sudah pernah terjadi sejak 1997 lalu,” tuturnya yang juga sebagai Ketua Asosiasi Ekspor manggis.
Jelas Tesan, ekspor dengan tujuan Dubai ini sudah secara kontinu terjadi, cuma memang dari segi volume permintaan untuk negara tersebut tidak sebanyak permintaan pasar Tiongkok. Katanya, ekspor manggis ke Dubai hanya berkisar 1-2 ton per hari, sedangkan sisanya atau sekitar 80 persen terserap ke pasar Tiongkok dan itu pula yang sekaligus memposisikan bahwa negara tirai bambu ini menjadi tujuan ekspor terbesar untuk produksi manggis dari Indonesia, termasuk Bali selama ini.
“Sebenarnya pangsa pasar ekspor manggis ini tidak hanya dua negara itu saja, potensi yang sama juga ada di Eropa. Cuma, saat ini buah produksi Indosesia di Eropa belum terdaftar, sehingga tidak bisa masuk, terlebih lagi dengan kondisi pandemi membuat ekspor manggis terganjal untuk masuk pasar Eropa,” ujarnya.
Sambungnya, di tengah pandemi corona ekspor manggis ini tetap berjalan, namun kini khususnya ke Tiongkok pengirimannya sebagian besar melalui jalur laut (Tanjung Priuk Jakarta). Di sisi lain, diakuinya, saat ini di Tiongkok harga manggis produksi petani lokal mengalami penurunan sejak lima hari terakhir, menyusul membanjirnya pasokan dari negara pesaing yakni Thailand.
“Itu pula yang membuat kami hanya bisa mengambil produksi di petani di kisaran Rp 8.000-Rp 9.000 per kg. Sebab, harga jual manggis di negara tujuan hanya berkisar Rp 12 ribuan saat ini. Sementara, untuk di Dubai harga manggis lebih mahal dibandingkan Tiongkok, cuma volumenya terbatas,” kilahnya.
Bercermin dari itu sebenarnya, produksi manggis di tingkat petani lokal bisa terserap maksimal, mengingat kebutuhan untuk mengisi pasar ekspor terus terjadi selama ini. Prediksinya, serapan untuk pasar ekspor untuk manggis lokal ini bahkan mencapai seratus persen dari jumlah produksi.
“Itu kemudian menyebabkan harga manggis di tingkat petani ini masih menguntungkan, yakni berkisar Rp 5.000 per kg yang merupakan di atas harga produksi. Harga produksi di tingkat petani hanya Rp 4.000 per kg sehingga masih ada untung,” tandasnya. *man