Harga di Kandang Rp6.000 per Kg, Peternak Ayam Mandiri di Tabanan ”Gulung Tikar”

Sejumlah peternak ayam mandiri di Kabupaten Tabanan memilih menghentikan operasional alias gulung tikar saat ini.

407

Tabanan (bisnisbali.com) –Sejumlah peternak ayam mandiri di Kabupaten Tabanan memilih menghentikan operasional alias gulung tikar saat ini. Kondisi tersebut menyusul naiknya biaya produksi dan anjloknya harga jual yang sempat menyentuh Rp 6.000 per kg di kandang.

“Saat ini kami sudah tidak bisa bergerak atau memilih tidak memasukkan ayam. Sebab, harga jual anjlok, meski belakangan harga sudah naik Rp 12.000 per kg. Tetapi kondisi itu, juga belum menjanjikan untuk berusaha di tengah dampak pandemi corona (covid-19),” tutur salah seorang peternak ayam potong di Desa Tunjuk, I Wayan Sukasana, Tabanan, Jumat (24/4).

Terangnya, pandemi corona bisa dibilang sangat berdampak pada sektor peternakan ayam potong. Betapa tidak, harga ayam yang sudah anjlok, diperparah lagi dengan adanya pengetatan pembayaran dari pihak pabrikan sekarang ini.

“Bila sebelumnya peternak masih bisa mengambil pakan terlebih dahulu dan membayar kemudian, kini itu tidak dibolehkan oleh pabrikan. Selain itu, per April lalu harga pakan pabrikan mengalami kenaikan sebagai dampak dari pelemahan kurs rupiah,” ujarnya.

Jelas Sukasana, kondisi usaha yang tidak menguntungkan ini, akhirnya memutuskan untuk berhenti sementara sambil melihat kondisi selanjutnya. Diakuinya, sebelum memutuskan menghentikan operasional usaha, pihaknya sudah mengalami kerugian hingga Rp 1 miliar selama empat bulan terakhir dari populasi ayam mencapai 100 ribu ekor. Bercermin dari kerugian tersebut, kini pihaknya dan juga sejumlah peternak ayam lainnya di Tabanan sudah terdaftar sebagai debitur untuk mendapatkan restrukturiasi dari kalangan lembaga keuangan.

Sementara itu, paparnya, penurunan  harga jual ayam potong di tingkat peternak ini disebabkan oleh menurunnya permintaan pasar. Sebab, kalangan hotel dan restoran yang sebelumnya menyedot permintaan pasar cukup besar, kini dengan adanya pandemi corona membuat permintaan di sektor usaha tersebut menjadi turun tajam.

Sambungnya, hal sama juga terjadi untuk serapan pasar di sejumlah pasar tradisional, karena dengan adanya pembatasan waktu operasional, ditambah lagi dengan turunnya daya beli konsumen karena terdampak corona, itu membuat permintaan akan daging ayam merosot tajam saat ini. Diakuinya, saat ini peternak hanya bisa pasrah.

“Jika nanti kondisi sudah memungkinkan untuk berusaha kembali, saya akan kembali akan beternak ayam,” tandasnya. *man