Denpasar (bisnisbali.com) –Di Bali pandemi Covid-19 sangat berdampak pada industri pariwisata yang kini sudah mati suri. Toko atau pasar oleh-oleh juga termasuk di dalamnya, yang sebagaian besar sudah ditutup.
Salah seorang pengelola toko oleh-oleh cukup besar di Bali Ibnu Rianto, mengaku tokonya telah tutup sejak 23 Maret lalu. Pengelola The Kerandang ini pun mengakui, seminggu sebelum tutup trafik kunjungan sudah menurun drastis hingga 90 persen, meski zegmen pasarnya adalah 70 persen lokal. Dengan tutupnya toko oleh-oleh ini pihaknya terpaksa merumahkan sekitar 400 orang lebih karyawan dengan bantuan sembako untuk kelangsungan hidup mereka. “Di Bali, Industri pariwisata yang paling terpukul pertama. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi, selain menutupnya untuk sementara,” katanya.
Meski konsep toko oleh-oleh ini, bukan saja menyediakan oleh-oleh semata, yang juga terdapat tempat makan dan tempat wisata, namun karena imbuan untuk masyarakat tinggal di rumah serta memerhatikan kesehatan, sehingga toko pun ditutup. Dia yang juga mengelola perusahaan manufaktur, mengaku, untuk usaha di sektor pariwisata memang tidak bisa berkutik, berbeda halnya dengan usaha di bidang manufaktur yang bisa dialihkan.
Diceritakannya, untuk usaha manufaktur, pihaknya memilih banting stir dengan memproduksi alat pelindung diri (ADP) serta masker yang sebelumnya memproduksi batik. “Kalau untuk sektor pariwisata memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan atau mengarahkan ke usaha lain,” ujarnya.
Jika keadaan sudah pulih pun, ia mengaku harus ada promosi-promosi yang lebih gencar agar sektor pariwisata bisa segera bangkit. Seperti diskon pesawat, promo destinasi wisata dan sebagainya yang membantu menarik kunjungan kembali. *wid