M. Setyawan Santoso, Penggunaan Uang Kertas kembali Naik

M. Setyawan Santoso mengakui dengan makin berkembangnya sistem pembayaran digital dan penerapan quick response Indonesian standard (QRIS) secara masal di Bali, kebutuhan uang kertas makin menurun.

331

M. Setyawan Santoso mengakui dengan makin berkembangnya sistem pembayaran digital dan penerapan quick response Indonesian standard (QRIS) secara masal di Bali, kebutuhan uang kertas makin menurun. Hal ini tercermin dari terjadinya cash inflow ke Bank Indonesia mencapai Rp1,988 miliar pada Januari dan Rp 413 miliar pada Februari 2020.

Namun ada yang berbeda terjadi dengan kebutuhan uang kertas pada Maret 2020. Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali ini mengungkapkan mengapa fenomena menurunnya penggunaan uang kertas selama ini kembali meningkat ?. Kata Emsan biasa ia disapa, pada Maret terjadi cash outflow dari Bank Indonesia yang mencerminkan meningkatnya kebutuhan uang di masyarakat.

“Untuk menjawabnya tidak perlu memakai teori yang sulit, cukup dengan teori ekonomi makro dasar tentang permintaan uang,” paparnya. Menurut seorang ekonom Inggris bernama JM Keyness (1883), seseorang memegang uang karena adanya 3 motif yaitu motif transaksi, motif berjaga jaga dan motif spekulasi. Yang terjadi saat ini adalah motif pertama dan motif kedua.

Dengan diumukan virus corona di Tiongkok pada Februari 2020, pada awalnya pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk memacu sektor pariwisata yang terancam lesu karena rendahnya kunjungan wisman. Kemudian sejak terjadinya kasus covid pertama 3 April, yang kemudian bertambah secara sangat cepat, pemerintah mengambil kebijakan strategis seperti tetap di rumah (stay at home), bekerja di rumah (work at home), menjaga jarak (phisical distancing). Kebijakan tersebut khususnya stay at home memerlukan kesiapan teknis dan logistik sehingga muncullah motif transaksi dalam memegang uang kertas.

“Meskipun transaksi digital sudah meluas, tapi sebagian masyarakat masih merasa bahwa mereka lebih mudah melakukan transaksi dengan uang kertas khususnya untuk memenuhi kebutuhan logistik sehari hari,” imbuhnya.

Dengan makin berkembangnya informasi dan perubahan kebijakan menghadapi covid 19, muncul wacana untuk pembatasan wilayah (lock down) maka tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan wabah ini akan mereda. Dengan demikian masyarakat memerlukan tambahan likuiditas untuk motif berjaga jaga untuk berbagai keperluan. “Saya memperkirakan motif transaksi dan motif berjaga inilah yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan uang pada Maret 2020 yang tercermin dari terjadinya cash outflow dari Bank Indonesia sebesar Rp236 miliar,” tuturnya.

Ke depan, Emsan memprediksi, jika kondisi makin membaik dan program pemerintah meredam penyebaran virus corona berhasil maka kebutuhan uang kertas masyarakat akan kembali normal.*dik