Tabanan (bisnisbali.com) –Virus corona (covid-19) sangat berdampak bagi sektor pariwisata di Tabanan. Itu pula yang membuat 347 usaha pariwisata terpaksa tutup sementara atau tak beroperasi dan 26 daya tarik wisata (DTW) menghentikan aktivitas sesuai surat edaran (SE) Bupati Tabanan Nomor 556/ 1.028/ Dispar 21 Maret 2020 perihal pembatasan kegiatan keramaian terkait covid-19.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan, I Gede Sukanada, Kamis (16/4) mengungkapkan, virus corona sangat berdampak pada sektor pariwisata. Terkait itu, pihaknya sedang terus melakukan pendataan di lapangan. Hasilnya, saat ini ada 347 usaha pariwisata di Tabanan yang sudah tidak melakukan operasional. Terdiri atas 2 buah hotel bintang dengan jumlah karyawan total mencapai 277 orang, 47 hotel melati dengan jumlah karyawan mencapai 641 orang, 129 pondok wisata dengan karyawan 396 orang, 75 vila dengan karyawan 277 orang. Selain itu, ada 44 restoran dengan jumlah karyawan 388 orang, 50 rumah makan dengan karyawan mencapai 324 orang.
“Itu pula membuat, rencana kami yang akan memanfaatkan sejumlah usaha pariwisata di Tabanan untuk jadi rumah singgah bagi pekerja migran Indenesia (PMI), karena tidak ada aktivitas operasional terpaksa harus koordinasi ke Pemkab Badung untuk memanfaatkan hotel untuk bisa digunakan,” tuturnya.
Jelas mantan Camat Kerambitan ini, selain usaha pariwisata ada 26 DTW yang juga harus ditutup sementara sesuai SE Bupati Tabanan Nomor: 556/1028/ Dispar Tanggal 21 Maret 2020 perihal pembatasan kegiatan keramaian terkait covid-19. Di antaranya, DTW Tanah Lot, DTW Ulun Danu Beratan, DTW Jati Luwih, dan DTW Air Panas Penatahan. Dari data 26 DTW tersebut, ada sejumlah DTW yang menerapkan PHK bagi karyawan.
Sambungnya, untuk desa wisata di Tabanan yang terdampak covid-19 ini tercatat ada 23 yang tersebar di sejumlah kecamatan. Di antaranya, Desa Wisata Pinge di Br. Pinge, Desa Baru, Marga, Desa Wisata Tista Desa Tista, Kerambitan, dan Desa Wisata Sanda di Desa Sanda Pupuan.
“Dampak covid-19 ini bagi kalangan pariwisata di Tabanan, beberapa memang harus membuat pelaku usaha melakukan langkah efisiensi. Salah satunya, melakukan pengaturan waktu kerja karyawan dan beberapa merumahkan karyawan untuk sementara waktu,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tabanan, I Gusti Bagus Made Damara di tempat terpisah mengungkapkan, merebaknya covid-19 membuat hal tersebut sudah berdampak pada sektor pariwisata di Bali, Tabanan pun tidak luput dari kondisi tersebut. Akibatnya, hampir seluruh usaha pariwisata di Tabanan merumahkan karyawan karena memang tidak ada aktivitas di tengah pandemi covid-19 ini.
“Saat ini mungkin hanya karyawan untuk maintenance, dan keamanan saja yang masih melakukan kegiatan. Sementara untuk karyawan di bidang lain dirumahkan, karena tidak ada lagi aktivitas,” kilahnya.
Bercermin dari itu prediksinya, saat ini jumlah karyawan pekerja di sektor pariwisata di Tabanan yang terdampak atau dirumahkan karena covid-19 ini bisa mencapai 1.000 lebih saat ini. Diakuinya, jumlah tersebut cukup besar dan ini juga menajdi kekhawatiran setelah terlewatinya fase ancaman dari pandemi covid-19, maka ada kondisi yang mengkhawatirkan diakibatkan oleh tingginya angka penggangguran dan dampak ekonomi nantinya. *man