Gianyar (bisnisbali.com) –Pemilik artshop yang selama ini menjajakan produknya melalui artshop kesulitan untuk memasarkan produknya. Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali, Ketut Dharma Siadja Selasa (14/4) mengatakan, artshop mati suri karena tidak ada wisatawan yang datang membeli produk kerajinan dan handicraf di artshop.
Diungkapkannya, akibat meluasnya pandemi corona (covid-19) praktis tidak ada wisatawan yang datang berlibur ke Bali. “Tidak ada wisatawan yang datang praktis, artshop kehilangan pasar,” ucapnya.
Ia menjelaskan, pengelola artshop berada dalam kondisi terpuruk. Artshop ini menjadi mati suri karena tidak ada pembeli yang datang.
Dharma Siadja memaparkan, pengelola artshop ini sangat terdampak dengan penurunan sektor pariwisata akibat pandemi corona. Hampir 100 persen pengelola artshop ini mengandalkan pemasaran melalui sektor pariwisata.
Wisatawan yang datang ke artshop di antaranya adanya kerja sama dengan travel. Tidak sedikit, artshop yang mengandalkan pembeli dari wisatawan yang kebetulan singgah setelah tur.
Pemilik artshop memandang pascapandemi corona sebagai kondisi yang sulit. Tidak heran, pemilik artshop menutup artshop-nya dan memilih fokus melaksanakan social distancing dan physical distancing.
Dharma Siadja menambahkan, pengelola artshop memang diharapkan bisa memahami kondisi pariwisata yang lagi lesu. Pengelola artshop disarankan tetap melakukan pembersihan dan penataan penempatan produk sehingga ketika kondisi ekonomi pulih pengelola artshop bisa kembali memasarkan produk secara normal. *kup