COVID-19 di Indonesia diperkirakan mulai terjadi pada Maret 2020 dan peningkatan jumlah kasus positif masih terjadi sampai saat ini. Pemerintah pun telah melakukan berbagai pencegahan dengan menyediakan beberapa unit thermo scanner di pintu-pintu kedatangan internasional di berbagai bandara. Pemerintah juga melarang penerbangan maskapai Indonesia ke beberapa negara yang positif corona. Tidak hanya itu, ada pula kebijakan terkait social distancing, work from home dan lainnya.
Pemerhati ekonomi dan perbankan Viraguna Bagoes Oka menilai, Indonesia akan mampu mengatasi pendemi corona pada akhir April dan Mei 2020 ini dengan beberapa pertimbangan. Pertama, Indonesia sebagai negara tropis dan negara kepulauan yang diarungi oleh lautan lepas serta berada di daerah katulistiwa yang secara geografis (pascabulan Purnama Kedasa ) serta siklus historis waktu akan menyulitkan/ terbatasnya potensi penyebaran pendemi virus dapat berlangsung lama di Indonesia.
Kedua, dengan keteguhan hati, konsistensi dan komitmen tinggi dari pemerintahan Joko Widodo beserta jajarannya untuk bersatu padu dengan provinsi, kabupaten dan kota seluruh Indonesia yang telah fokus untak bisa segera mengakhiri pendemi Covid-19 tersebut.
Ketiga dukungan infrastruktur dan sarana pendukung terkait yang terus-menerus diupayakan secara nyata dengan dukungan penuh semua pihak termasuk negara sahabat seperti Tiongkok telah memberi harapan positif sehingga penyebaran pendemi corona trennya mulai berkurang dan angka kesembuhan terus menunjukkan peningkatan.
Namun pascaberakhirnya pendemi corona tersebut, kata mantan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Nusra ini, yang paling sulit untuk bisa segera dilakukan. Pemulihan adalah antisipasi terhadap krisis ekonomi dan krisis dunia usaha, utamanya Bali. Sebab, Bali 70 persen lebih orientasi usahanya adalah industri pariwisata dan ketergantungan Bali akan kebutuhan pokok 80 persen berasal dari luar Bali. Ini akan menjadi pekerjaan rumah yang besar pasca-corona yang harus mendapatkan perhatian pemerintah.
Berdasarkan berita nasional, International Monetary Fund (IMF) dan World Bank memperkirakan Indonesia masih bisa tumbuh positif di tengah pandemi virus corona dan menjadi satu dari tiga negara yang mampu bertahan dari Covid-19.
Mampu bertahan karena kurs rupiah melemah, membantu mengurangi defisit APBN. Akibat postur APBN seperti itu, pemerintah punya ruang untuk melakukan stimulus ekonomi sektor real yang sangat penting menyelamatkan ekonomi dari akibat adanya guncangan.
Selanjutnya inflasi yang rendah dan suku bunga terus dipangkas oleh BI, makin memberikan sentimen positif terhadap dampak dari adanya stimulus.
Sementara itu Kepala Perwakilan BI Bali Trisno Nugroho mengatakan, menghadapi Covid-19, BI menempuh 7 kebijakan yaitu pertama memperkuat intensitas kebijakan triple intervention. Kedua memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari.
Ketiga menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan 3 bulan 6 bulan dan 12 bulan dari tiga kali seminggu menjadi tiap hari. Keempat, memperkuat instrumen deposit valuta asing. Kelima mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening rupiah dalam negeri atau vastro bagi investor asing sebagai underlying dalam transaksi DNDF.
Kebijakan keenam, memperluas kebijakan insentif pelonggaran GWM harian dalam rupiah 50 basis poin. Selanjutnya ketujuh memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung upaya mitigasi penyebaran Covid-19 melalui ketersediaan uang layak edar yang higienis dan mengimbau masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran secara nontunai, mendorong penggunaan pembayaran nontunai dengan menurunkan biaya sistem kliring nasional Bank Indonesia atau SKNBI dan mendukung penyaluran dana nontunai dan program-program pemerintah.
Selain itu, Trisno menambahkan, langkah-langkah pendukung lainnya berkoordinasi sangat erat dengan pemerintah khususnya Kemenkeu OJK dan LPS untuk memantau mencermati dan menempuh langkah yang diperlukan bersama dalam mitigasi dampak Covid-19 terhadap makroekonomi dan SSK Indonesia. Memastikan terjaganya market confidence, menjalankan mekanisme pasar dan menjaga kecukupan likuiditas untuk memastikan kelangsungan tugas BI berjalan baik. BI juga melakukan langkah mitigasi seperti split operation dan work from home terus meng-update media dan masyarakat secara reguler briefing kebijakan terkini. *dik