Bali ternyata sempat menjadi eksportir masker dengan tujuan Tiongkok saat mewabahnya virus Corona (Covid-19) di negara Tirai Bambu tersebut. Perdagangan ekspor penutup hidung dan mulut ini bahkan meningkat tajam dengan mencapai 116,03 persen tercatat pada perdagangan ekspor Bali pada Februari 2020 lalu yang sekaligus sebagai salah satu penyumbang surplus pada neraca perdagangan periode yang sama. Berapa besar nilai ekspor masker ini?
Kepala BPS Bali, Adi Nugroho, mengungkapkan neraca perdagangan Bali memang hanya menjadi bagian kecil dari perdagangan (luar negeri) Nasional, namun posisi nilai neraca perdagangan pulau dewata pada Februari 2020 mencatat surplus 38.877.933 dolar AS. Jika dibandingkan dengan Januari 2020 (m-t-m) tercatat surplus 23.447.921 dolar AS, surplus neraca perdagangan Bali di bulan Februari 2020 tercatat meningkat. Hal sama, jika dibandingkan dengan neraca perdagangan di Februari 2019 mencapai 32.537.802 dolar AS, surplus neraca perdagangan Bali Februari 2020 juga ada peningkatan.
Lebih lanjut terangnya,pencapaian surplus tersebut didapat dari perdagangan nilai ekspor barang Bali ke luar negeri yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia tercatat 50.764.165 dolar AS pada Februari 2020, naik 8,95 persen dibandingkan nilai ekspor Januari 2020 (m-to-m) yang tercatat 46.595.578 dolar AS. Dari sepuluh negara utama pangsa ekspor Bali ke luar negeri di Februari 2020, ekspor ke delapan negara tujuan naik dibandingkan dengan catatan Januari 2020 (m-t-m) dengan peningkatan tertinggi tercatat pada tujuan Perancis mencapai 64,90 persen yang didominasi naiknya ekspor produk pakaian jadi bukan rajutan, serta ekspor ke Australia meningkat 62,81 persen yang didominasi naiknya ekspor produk perhiasan atau permata.
“Dibandingkan Februari 2019 (y-o-y), ekspor Bali ke delapan negara tujuan tersebut juga meningkat dengan peningkatan tertinggi tercatat pada tujuan Taiwan mencapai 73,65 persen yang didominasi oleh naiknya ekspor produk ikan dan udang,” tuturnya.
Di sisi lain jelas Adi, pada periode yang sama nilai impor barang Bali dari luar negeri tercatat 11.886.232 dolar AS, turun tajam – 48,65 persen jika dibandingkan catatan Januari 2020 (m-t-m) yang tercatat 23.147.657 dolar AS. Katanya, hal sama juga terjadi jika dibandingkan dengan Februari 2019 (y-o-y), nilai impor Bali tercatat turun -26,17 persen.
Paparnya, secara (m-t-m) dari sepuluh negara utama asal impor Februari 2020, impor dari enam negara tercatat turun dengan penurunan terdalam hingga -87,69 persen tercatat perdagangan asal Tiongkok dan impor asal Hongkong yang turun – 64,40 persen dominan disebabkan oleh turunnya impor produk mesin dan peralatan listrik.
Sementara itu, dari sepuluh komoditas ekspor utama di Februari 2020, nilai ekspor lima komoditas meningkat jika dibandingkan dengan posisi Januari 2020 (m-t-m) dengan peningkatan tertinggi hingga ratusan persen tercatat pada ekspor produk berbagai barang logam dasar dengan tujuan ke Perancis dan ekspor produk kain perca yang dominan berupa surgical mask (makser) yang paling banyak diekspor ke Tiongkok.
“Januari 2020 ekspor kain perca berupa surgical mask hanya mencapai 820.156 dolar AS, namun pada Februari 2020 ekspor komoditi yang sama tersebut meningkat pesat menjadi senilai 1.771. 791 dolar AS,” ujarnya.
Di sisi lain tambahnya, komoditas mesin dan peralatan mekanik tercatat sebagai komoditas impor terbesar Bali dari luar negeri pada Februari 2020 dengan share 17,29 persen dari total impor. Dari sepuluh komoditas utama impor, tujuh di antaranya menurun dibandingkan Januari 2020 (m-t-m) dengan penurunan terdalam tercatat pada komoditas lonceng, arloji dan bagiannyamencapai – 69,58 persen, diikuti oleh turunnya impor komoditas barang-barang dari kulit – 68,40 persen dan komoditas mesin dan peralatan listrik mencapai – 62,66 persen. Sementara, ada dua komoditas tercatat naik hingga ribuan persen, yakni komoditas bahan bakar mineral yang dominan berasal dari Malaysia dan komoditas susu, mentega, telur berupa keju yang dominan berasal dari Denmark. Jika dibandingkan dengan Februari 2019 (y-o-y) dari sepuluh komoditas utama impor, enam di antaranya menurun dengan penurunan terdalam tercatat pada impor produk lonceng, arloji, dan bagiannya -56,03 persen.*man