Tabanan (bisnisbali.com) –Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang telah menyentuh level Rp 16.000 an, disambut dingin oleh sejumlah pelaku usaha dengan komoditi ekspor di Kabupaten Tabanan saat ini. Betapa tidak, di tengah pandemi Corona (Covid-19), peluang mendapat untung lebih ini harus digerus oleh naiknya biaya ekspor.
Pengelola Tulus Lobster yang merupakan pengepul lobster di Yeh Gangga, Tabanan, Dewa Gede Ada Artana, Rabu (8/4) mengungkapkan, hingga saat ini pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah pandemi Corona tidak memeberi dampak menguntungkan seperti kondisi serupa yang pernah terjadi beberapa waktu lalu. Ironisnya, lagi pasar ekspor untuk lobster ini susah, karena hanya mengandalkan pasar Taiwan dan Hongkong saja.
“Sebelumnya, serapan lobster yang terbesar ini terjadi untuk pasar Tiongkok, sementara kini permintaan impor untuk lobster dari Negara Tirai Bambu tersebut belum ada saat ini,” tuturnya.
Jelas Dewa Gede, tidak diuntungkannya kondisi pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini terjadi karena jumlah penerbangan internasional dibatasi saat ini, bahkan untuk April 2020 ini hanya ada lima penerbangan internasional. Katanya, kondisi tersebut ditambah lagi dengan naiknya biaya kargo atau pengiriman barang dari penyedia anggutan penerbangan, sehingga berdampak pada potensi tergerusnya pendapatan dari perdagangan ekspor tersebut.
“Biaya ekspor yang meningkat yang tidak dibarengi dengan meningkatnya permintaan volume barang, sehingga tentu pelemahan rupiah ini menjadi hal yang tidak menguntungkan saat ini,” ujarnya.
Di sisi lain sambungnya, dengan lesunya permintaan ekspor lobster dan juga permintaan harga dari eksportir yang turun ini, itu sekaligus membuat harga beli lobster di tingkat nelayan juga menjadi menurun saat ini. Paparnya, harga lobster yang sebelumnya sudah turun dengan menyentuk kisaran Rp 130 ribu an per kg, kini kondisi itu kembali turun dengan menyentuh level Rp 110 ribu per kg.
Sementara itu, akuinya meski dengan harga lobster yang turun dan biaya pengiriman yang meningkat, saat ini di tengah ancaman pamdemi Corona, pihaknya masih bersukur permintaan ekspor untuk lobster ini masih terjadi hingga kini. Sebab, saat ini pasar ekspor merupakan satu-satunya harapan untuk menunjang pendapatan nelayan, karena untuk serapan lobster di tingkat lokal, khususnya hotel dan restoran tidak mampu menyerap maksimal akibat terdampak pandemi Corona saat ini.*man