Mangupura (bisnisbali.com) –Meski harga daging ayam di pasaran normal yaitu Rp35.000 per kilogram, di tingkat peternak ternyata terjun bebas. Serapannya pun minim, saat ini hanya sekitar 40 persen.
Ketua Perhimpuman Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Broiler Bali I Ketut Yahya Kurniadi, saat ditemui di Dalung mengatakan, saat ini harga ayam di tingkat peternak hanya Rp14.000 per kilogram. Jika dihitung harga proses produksi (HPP) yang mencapai Rp19.500 per kilogram, tentu harga di peternak saat ini sangat jauh sehingga peternak pun merugi.
Di samping itu, Ketut Yahya mengatakan, serapan ayam pun minim. Setiap harinya hanya 60.000 ekor yang mampu diserap. Pada kondisi normal, serapan mencapai 180.000 hingga 200.000 per hari. “Ini artinya serapan ayam saat ini hanya 40 persen,” ungkapnya.
Selain anjloknya pariwisata Bali yang menjadi salah satu faktor penyebab serapan berkurang, menurut Yahya, pembatasan jam buka pasar juga menjadi penyebab. “Terbatasnya jam buka pasar dan warung-warung juga sangat terasa berefek pada serapan daging ayam,” ujarnya.
Banyaknya ayam yang tidak terserap dikatakannya, membuat terjadi penumpukan stok di kandang, sehingga harga ditawar sangat murah. “Di Jawa saat ini telah mencapai Rp6.000 per kilogram ayam hidup. Di Bali harga kemungkinan bisa tertekan lagi karena adanya daging dari Jawa yang membanjiri pasokan,” terangnya sembari mengatakan, kondisi ini telah membuat beberapa peternak menghentikan kegiatannya.
Sementara itu, harga daging ayam di pasaran masih tetap normal yaitu Rp35.000 per kilogram. Kata Yahya, dengan harga di tingkat peternak yang mencapai Rp14.000 per kilogram, seharusnya, harga di pasaran bisa Rp25.000 hingga Rp30.000 per kilogram. Dengan demikian, masyarakat bisa merasakan harga murah dan membantu serapan di peternak. *wid