Denpasar (bisnisbali.com) –Perayaan Hari Raya Nyepi yang jatuh pada 25 Maret 2020 memberi andil pada harga berbagai komoditas (barang dan jasa) konsumsi di Denpasar secara umum dengan menunjukkan adanya kenaikan. Kenaikan ini sekaligus menyumbang inflasi 0,11 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,64 (2018=100) pada Februari 2020 menjadi 104,76 (2018=100) pada Maret 2020.
Kepala BPS Bali Adi Nugroho¸ saat melakukan video conference berita resmi statistik (BRS), mengungkapkan, pemantauan harga berbagai komoditas (barang dan jasa) ini diperoleh dengan cara yang tidak seperti biasanya. Hal tersebut terkait dengan adanya anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing dalam rangka mencegah merebaknya wabah virus corona (covid-19).
“Berdasarkan hasil pemantauan dengan cara khusus tersebut, pada Maret 2020 tercatat inflasi setinggi 0,11 persen,” tuturnya.
Jelas Adi, tingkat inflasi tahun berjalan Maret 2020 setinggi 1,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun Maret 2020 terhadap Maret 2019 (YoY) tercatat 2,95 persen. Akan tetapi karena pengumpulan data dilakukan dengan cara yang tidak sama dengan angka inflasi yang dihasilkan sebelumnya, dalam beberapa hal tertentu angka inflasi yang dihasilkan tidak bisa diperlakukan secara apple to apple dengan angka inflasi hasil penghitungan sebelumnya. Sekalipun, secara statistik estimasi angka inflasi tersebut tetap dapat dipertanggungjawabkan.
Sambungnya, inflasi (m to m) yang tercatat di Denpasar pada Maret 2020, ditunjukkan oleh meningkatnya indeks pada enam kelompok pengeluaran, yakni kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) mencapai 1,61 persen, kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) 1,42 persen, kelompok II (pakaian dan alas kaki) 0,68 persen, kelompok X (penyediaan makanan dan minuman atau restoran) 0,28 persen, kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) 0,02 persen, dan kelompok V (kesehatan) mencapai 0,01 persen.
Di sisi lain, lanjutnya, periode sama dua kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi, yakni, kelompok VI (transportasi) sedalam -0,88 persen dan kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,20 persen. Sementara kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya), kelompok VIII (rekreasi, olah raga, dan budaya), dan kelompok IX (pendidikan) tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan.
“Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi antara lain, canang sari, emas perhiasan, mangga, daging ayam ras, telur ayam ras, sawi hijau, sawi putih, pisang, dan kopi bubuk. Sementara, komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga, cabai rawit, tarif angkutan udara, cabai merah, daging babi, bawang putih,” paparnya.
Sementara itu, dari 90 kota IHK, tercatat 43 kota mengalami inflasi dan 47 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi tercatat di Lhokseumawe (Aceh) setinggi 0,64 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Surabaya (Jawa Timur), Kota Surakarta (Jawa Tengah), dan Kota Pekanbaru (Riau) masing-masing 0,01 persen. Sementara itu, deflasi terdalam tercatat di Kota Timika (Papua) -1,91 persen, sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Tangerang (Banten) sedalam -0,01 persen.
“Jika diurutkan dari inflasi tertinggi, Denpasar menempati urutan ke-25 dari 43 kota yang mengalami inflasi,” tandasnya. *man