Resah Terdampak Corona, Investor Saham Pilih ”Wait and See”

Pandemi virus corona atau covid-19 yang masih terjadi di dalam negeri maupun global secara tidak langsung menimbulkan keresahan di kalangan investor.

321

Denpasar (bisnisbali.com) –Pandemi virus corona atau covid-19 yang masih terjadi di dalam negeri maupun global secara tidak langsung menimbulkan keresahan di kalangan investor. Belum lagi indeks harga saham gabungan (IHSG) beberapa pekan terakhir mengalami penurunan, sehingga investor lebih cenderung pilih wait and see.
Remaiser Kemitraan RHB Sekuritas, Tjokorda Agung Nata Arimbawa di Renon, Selasa (31/3)  mengatakan, untuk bursa cenderung down trend, dana asing banyak keluar dan bursa menggunakan trading halt yaitu ketika bursa atau IHSG turun 5 persen akan perdagangan akan diberhentikan.

“IHSG beberapa kali mengalami suspensi perdagangan sementara atau trading halt karena anjlok hingga 5 persen dalam satu hari. Batas bawah kini diubah menjadi 7 persen dan perdagangan dibuat menjadi lebih singkat hingga pikul 15.00 WIB,” katanya.
Seperti diketahui sesuai kebijakan Otoritas Jasa Keuangan maka dalam jam perdagangan tak ada perubahan untuk jam pembukaan bursa, namun untuk perdagangan sesi I dikurangi 30 menit sehingga akan ditutup pada pukul 11.30 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Sementara untuk perdagangan sesi II tetap akan dimulai pukul 13.30 waktu JATS namun hanya akan berlangsung hingga pukul 15.00 waktu JATS.

Tjokorda menyebutkan kendati investor cenderung wait and see, namun investasi saham masih menjanjikan karena berkaitan dengan deviden yield yang diberikan oleh perusahaan. Selain itu, bencana ini bersifat sementara sehingga investor bermain aman wait and see bagaimana kondisi global dan mengakumulasi saham yang baik.

“Bila melihat kondisi IHSG yang menurunan memang merugi, namun tidak secara harviah karena jika investor tidak menjual saham maka dia tidak merealisasikan kerugiannya. Hanya nilai asetnya saja yang berkurang namun jumlah aset sama,” jelasnya.
Ia pun menyebutkan pergerakan saham akibat virus corona mengalami penurunan hingga 80 persen. IHSG pun diprediksi masih akan bertahan di level 4.000. kendati demikian, masih ada saham-saham yang potensial memberikan keuntungan seperti perbankan dan consumer.

“Kondisi saat ini jika memang dikelola oleh Manager Investasi yang cukup baik bisa di-hold saja. Jika memiliki idle cash bisa dibeli secara bertahap agar nilai saham/reksadana memiliki harga lebih murah,” sarannya.
Hal sama dikatakan Branch Manager Panin Sekuritas, Pande Suarsana. Kata dia sejatinya pasar masih tertekan dengan pemberitaan virus corona.“Akan tetapi Selasa pagi ini, IHSG terpantau mengalami kenaikan +73 menjadi 4.488. Kenaikan ini dipicu karena Presiden memutuskan untuk tidak ada karantina wilayah (lockdown),” paparnya.

Langkah yang diambil pemerintah untuk menekan penyebaran virus corona dengan pembatasan sosial secara luas. Pande Suarsana menyebutkan fakta menunjukkan lockdown di India, Amerika Serikat gagal. Di Indonesia pun pasar tidak menyukai lockdown. Pasar yakin lockdown akan berbuah hal yang negative.
“Aakibat isu lockdown menyebabkan rupiah dan index jatuh,” ucapnya. *dik