Tabanan (bisnisbali.com) –Pelemahan nilai tukar rupiah yang telah menembus 16.000 per dolar AS di tengah mewabahnya virus corona (covid-19), kini mulai jadi ancaman bagi sektor usaha peternakan. Betapa tidak, sejumlah distributor pabrikan pakan mulai ancang-ancang melakukan penyesuaian harga seiring dengan meningkatkan biaya impor bahan baku. Itu akan berpotensi pada peningkatan biaya produksi ditanggung para peternak.
Salah satu pelaku usaha ternak ayam petelur, Darma Susila, di Desa Buruan Tabanan,mengungkapkan, produsen pakan atau pabrikan sudah menginformasikan ke kalangan peternak akan menaikkan harga per awal April mendatang seiring dengan kian melemahnya kurs rupiah. Pertimbangan menaikkan harga ini karena sejumlah bahan baku pakan masih harus diimpor. Dengan kondisi rupiah yang melemah dibutuhkan penyesuaian harga produk di pasaran. Selain itu, pembatasan impor oleh sejumlah negara produsen bahan baku sebagai dampak dari mewabahnya virus corona. Kondisi itu juga memberi andil bagi lonjakan harga komoditi seiring dengan banyaknya permintaan pasar global saat ini.
“Informasinya, pabrikan akan menaikkan harga pakan jadi ini di kisaran Rp 200-Rp 300 per kg dari harga sebelumnya atau menjadi di kisaran Rp 6.400 per kg-Rp 6.500 per kg,” tuturnya.
Dampaknya nanti bagi peternak dengan kenaikan harga pakan pabrikan, jika peternak ayam petelur ini sepenuhnya menggunakan pakan pabrikan, peternak akan terbebani dengan kenaikan biaya produksi cukup besar. Sementara jelas Darma, jika peternak memilih melakukan kombinasi pakan, kemungkinan akan bisa menghemat mencapai Rp 500 per kg.
Hitung-hitungannya, jika populasi kandang per 1.000 ekor membutuhkan pakan mencapai 125 kg, maka dengan melakukan kombinasi pakan ini akan bisa menghemat di kisaran Rp 2,5 juta per bulan. Itu bisa dilakukan dengan catatan, bila ketersediaan semisal jagung di daerah produksi masih berjalan normal di tengah pembatasan aktivitas sebagai dampak pencegahan virus corona.
Di sisi lain menurutnya, saat ini pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS memang mirip dengan kejadian saat krisis ekonomi pada 1998 lalu. Bedanya, 1998 lalu pergerakan rupiah terhadap dolar AS ini dalam rentan yang signifikan yakni dari Rp 2.200 per dolar AS melonjak ke Rp 16.000 an per dolar AS. Sementara saat ini, pergerakan kurs bergerak di kisaran lebih sedikit dibandingkan saat krisis moneter. *man