Dampak Corona , Perbankan Diharapkan Beri Kelonggaran Kredit ke UKM

Kalangan lembaga keuangan diharapkan bisa memberi kelonggaran, khususnya pembayaran kewajiban kredit ke kalangan UKM saat ini.

402

Tabanan (bisnisbali.com) –Kalangan lembaga keuangan diharapkan bisa memberi kelonggaran, khususnya pembayaran kewajiban kredit ke kalangan UKM saat ini. Betapa tidak, penyebaran virus corona berpengaruh pada menurunnya transaksi seiring dengan daya beli konsumen yang melesu saat ini.

“Daya tahan kalangan UKM di Tabanan pasti berkurang akibat dampak virus corona. Sebab itu, kami harap perbankan bisa memberi sedikit kelonggaran dalam pelunasan kredit untuk ikut menjaga pertumbuhan usaha kecil ini,” tutur Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Tabanan I Made Yasa, di Tabanan, Rabu (18/3).

Terangnya, sektor UKM yang paling terpukul dari dampak virus corona ini adalah sektor riil yang penjualannya bergantung pada tingkat kunjungan pariwisata, karena perputaran usaha di sektor ini menurun seiring dengan turunnya permintaan maupun daya beli masyarakat. Di sisi lain, menurutnya, untuk sektor simpan-pinjam berpeluang masih berjalan normal seperti biasa.

Jelas Yasa, dengan kondisi UKM yang terdampak ancaman virus corona ini, kalangan lembaga keuangan bisa membantu khususnya memberi kelonggaran bagi UKM dalam membayar kewajiban kredit. Harapannya, bank bisa memperpanjang tenggang waktu pembayaran atau keringanan dalam bentuk lainnya sehingga ketika kondisi ini pulih kembali sektor UKM di Tabanan ini bisa kembali bangkit.

Sambungnya, saat ini Dinas Koperasi dan UKM Tabanan mencatat ada sekitar 43.000 usaha kecil yang tumbuh tahun ini. Kondisi tersebut mengalami tren lonjakan jumlah UKM dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Katanya, tahun ini banyak usaha kecil yang tumbuh berkembang, itu seiring juga dengan adanya sejumlah kebijakan pemerintah melalui pembiayan bersuku bunga  murah yang kian gencar disalurkan.

Sementara itu, salah seorong perajin seni kayu ukir di Tabanan, Gede Wijaya mengungkapkan, dampak virus corona ini memang memberi andil pada penurunan daya beli masyarakat saat ini. Di sisi lain, diakuinya, masyarakat juga tampaknya makin sulit dan lebih memprioritaskan pembelian pada bahan pokok sehari-hari.

“Sebab itu, kami tidak bisa berbuat banyak mengingat hasil kerajinan kayu ukir ini bukanlah kebutuhan utama dan hanya bergantung dari sektor properti, sedangkan sektor properti sedang lesu juga saat ini,” kilahnya. *man