Bukan karena ”Panic Buying”, Harga Bumbu dan Daging di Tabanan Naik Signifikan

Sejumlah komoditi bumbu-bumbuan dan daging ayam ras dijual di pasar tradisional di Kabupaten Tabanan mengalami lonjakan yang signifikan.

282

Tabanan (bisnisbali.com) –Sejumlah komoditi bumbu-bumbuan dan daging ayam ras dijual di pasar tradisional di Kabupaten Tabanan mengalami lonjakan yang signifikan. Harga cabai merah kecil yang sempat turun sebelumnya kembali mengalami lonjakan saat ini.

Di sisi lain, lonjakan harga ini dinilai bukan karena panic buying seiring dengan surat edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 7194 Tahun 2020 tentang panduan tindak lanjut terkait pencegahan penyebaran virus corona. Salah satunya menghindari interaksi terlalu banyak di ruang publik.

Kabid Perdagangan, Ni Wayan Primayani seizin Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tabanan, I Gst. Nyoman Arya Wardana, Rabu (18/3) mengungkapkan, dari pemantauan harga Senin (16/3) di sejumlah pasar tradisional, didapati sejumlah komoditi alami lonjakan yang signifikan. Paparnya, lonjakan tertinggi atau mencapai 67 persen terjadi pada jahe dari harga Rp 30.000 per kg naik menjadi Rp 50.000 per kg.

Lanjutnya, komoditi lain yang mengalami lonjakan adalah cabai merah kecil kualitas II dari Rp 30.000 per kg naik menjadi Rp 40.000 per kg atau naik 33 persen. Cabai merah kecil kualitas I dari Rp 35.000 per kg menjadi Rp 45.000 per kg atau naik 29 persen. Kencur naik dari Rp 50.000 per kg menjadi Rp 60.000 per kg atau naik 20 persen. Tomat dari Rp 10.000 per kg naik menjadi Rp 12.000 per kg atau 20 persen.

Katanya, untuk daging ayam ras naik dari Rp 30.000 per kg menjadi Rp 35.000 per kg atau naik 17 persen. “Untuk bawang merah kualitas I dan kualitas II hanya mengalami lonjakan 7-8 persen dari kondisi sebelumnya,” tuturnya.

Jelas Primayani, lonjakan bahan pangan ini atau bumbu-bumbuan ini bukan disebabkan akibat adanya kepanikan konsumen atau panic buying dengan membeli barang secara berlebih untuk distok menyusul ketakutan terhadap ancaman penyebaran virus corona, melainkan disebabkan  pasokan barang atau stok di pasaran yang berada dalam volume terbatas. Diakuinya, pasokan yang terbatas ini kemudian membuat terjadinya lonjakan harga.

“Dari pantauan kami transaksi masih normal, tidak ada masyarakat yang sampai berbelanja dalam jumlah bayak atau memborong selama ini,” ujarnya.

Sementara itu, tambahnya, meski ada sejumlah komoditi yang mengalami lonjakan harga, saat ini juga ada bahan pangan yang mengalami penurunan harga. Di antaranya, kol dari harga Rp 6.000 turun menjadi Rp 5.000 atau turun 17 persen, dan kacang panjang dari Rp 8.000 menjadi Rp 7.000 atau turun 13 persen. *man