Denpasar (bisnisbali.com) –Tidak hanya dampak dari kasus kematian babi yang membuat sebagian masyarakat ragu mengkonsumsi daging babi. Kasus corona yang membuat pariwisata Bali melesu juga menjadi faktor masih sepinya penjualan daging babi di pasaran hingga saat ini. Walau begitu, harga yang dipatok masih tetap Rp55.000 per kilogram.
Sudah sejak sebulan terakhir permintaan daging babi menurun. Salah seorang di Pasar Kreneng, Kontiani saat ditemui,mengatakan, permintaan masih sangat sepi dan harga masih tetap Rp55.000 per kilogram. Diakuinya, lesunya pariwisata juga sangat berpengaruh terhadap penjualannya. Daya beli masyarakat dikatakannya menurun. “Saat Hari Raya Galungan dan Kuningan lalu, permintaan juga sedikit,” ungkapnya.
Meski banyak kasus kematian babi, Kontiani mengaku belum berpengaruh terhadap pasokan daging ke pasaran. Pasokan masih tetap ada dan tidak ada kelangkaan. “Karena penjualan sedikit, babi masih tetap ada dan mudah didapatkan,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh pedagang lainnya Ni Nyoman Kenti. Selain kasus kematian babi, dampak wabah corona yang membuat wisatawan sepi juga membuat penjualannya menurun. Menurutnya, banyak restoran khsuusnya restoran Tiongkok yang saat ini mengurangi jumlah belanja, karena situasi lesu. Dia yang biasanya memotong 4-5 ekor per hari, saat ini hanya 2 ekor. “Masyarakat juga pada mengurangi jumlah belanjanya. Dari yang biasanya 2 kilogram menjadi 1 kilogram. Ataupun bisa mengganti dengan menu lain yang lebih murah karena uang ga ada,” ujarnya.
Salah seorang pedagang daging di Pasar Badung Made Sekarini juga mengatakan hal yang sama. Sepinya pembeli masih terasa hingga saat ini. Dia yang mengandalkan berjualan daging sebagai tumpuan perekonomian berharap, kondisi ini segera berlalu sehingga penjualan bisa kembali normal. *wid