Amlapura (bisnisbali.com) –Jajaran pimpinan DPRD Karangasem, dikoordinasi oleh Ketua DPRD, I Gede Dana, Selasa (10/3), melakukan sidak ke lokasi sebelah Pasar Bebandem. Sidak dilaksanakan atas informasi masyarakat terkait melubernya sampah di penampungan sementara di Dekat Pasar Bebandem, Karangasem.
Sampah di lokasi di dekat pasar itu, sudah sejak lama bermasalah. Ini dikarenakan keterlambatan pengangkutannya untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) Butus atau Linggasana.
Saat sidak Ketua DPRDÂ Karangasem, Gede Dana, didampingi Wakil Ketua I Nengah Sumardi, serta Wakil Ketua Wayan Parka. Gede Dana saat sidak menyayangkan, sampah tersebut meluber, dan seringkali terlambat dibersihkan atau diangkut. Penyebabnya, ternyata, tim pengangkutan sampah di bawah Dinas Lingkungan Hidup itu, tidak mau bekerja lembur, karena tidak diberikan uang lembur.
Dinas Lingkungan Hidup tidak mampu membayar uang lembur mereka, karena tidak adanya anggaran yang tersedia. Penimbunan sementara sampah ini berada di dekat pasar yang besar dan ramai. Ini berada di pinggir jalan provinsi, juga menjadi perlintasan atau jalur lalu lintas pariwisata. “Malu kita, apalagi dalam situasi seperti belakangan ini, ada wabah corona di luar negeri, tentu lingkungan kotor atau sampah menjadi masalah yang sensitif.  Malu kita kalau sampai ada yang menyoroti, apalagi sampai tersiar di Medsos,’’ ucap Gede Dana.
Menurut Gede Dana, pembersihan dan pengangkutan sampah itu, merupakan hal mendesak, karena itu, dinas yang menangani harus cermat menghitung dan mengajukan anggarannya. ‘’Jangan sampai anggaran tidak dihitung dan diajukan, sehingga tidak bisa membayar uang lembur pekerja, dan tentunya mereka tidak mau bekerja di luar tanggung jawabnya, anggaran bahan bakar minyak untuk menggerakkan truk armada angkutan sampah itu, juga sampai tidak teranggarkan,’’ paparnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD, Nengah Sumardi, menyatakan sependapat dengan Ketua DPRD Gede Dana. Nengah Sumardi mengatakan, mendapatkan keluhan dan informasi masyarakat, soal seringkali melubernya sampah diambrol atau penampungan sementara di sebelah pasar besar di Bebandem itu. ‘’Datanya produksi sampah di pasar Bebandem dan sekitarnya, 50 meter kubik, belum lagi di wilayah lainnya, masalah sampah ini masalah rutin atau tahunan, jadi sistemnya harus dibuat, modernisasi, pakai alat berat,’’ tambah Sumardi.
Sumardi mengatakan, sudah berkoordinasi dengan Perbekel Bebandem. Ternyata dari Hari Raya Galungan, sampah itu tidak diangkut. Penanganan sampah itu sudah menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya perbekel, tetapi juga Camat dan Dinas Lingkungan Hidup Karangasem. Sampah yang dibiarkan lama, akan meluber, karena akan diserakkan anjing. Padahal, selain membuat tidak nyaman pengunjung pasar, tentunya, karena di pinggir jalan raya yang ramai, pemandangan sampah meluber di dekat pasar, membuat pemandangan tidak nyaman. Apalagi jalan itu menjadi salah satu perlintangan wisatawan dari Besakih ke Kota Amlapura atau objek wisata di Timur, baik ke Taman Ujung, ke Tirtagangga, serta kawasan Tulamben dan tujuan lainnya.
Dari informasi yang disampaikan petugas dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karangasem, selain tenaga kerja kurang terkait pengangkutan sampah itu, juga armada truk.  Anggaran untuk pengadaan BBM untuk menggerakkan angkutan truk sampah, anggaran upah pekerja atau untuk lembur harus dihitung dengan cermat. “Jangan sampai anggaran hanya untuk beberapa bulan, kalau anggaran itu sudah habis, pasti akan bermasalah, keteteran dalam menangani sampah yang menumpuh lalu meluber,’’ tandas Gede Dana.  *adv