Mangupura (bisnisbali.com) –Dunia saat ini seakan-akan dibuat panik oleh wabah virus corona yang dikenal sebagai flu Wuhan atau Covid-19. Hingga saat ini, tercatat Covid-19 telah ditemukan di 60 negara, termasuk Indonesia. Selain berdampak pada status kesehatan masyarakat, situasi ini juga mengakibatkan kerugian pada sektor perekonomian dan pariwisata. Penurunan ini sejalan dengan kebijakan yang diberlakukan di berbagai negara mengenai pembatasan lalu lintas manusia untuk mengendalikan penularan Covid-19.
Hal ini mendorong Yayasan Lingkar Sehat, bekerja sama dengan Bali Villa Association (BVA) menyelenggarakan diskusi umum dengan tema “Kesiapsiagaan Penanganan Covid-19 pada Industri Pariwisata” di Kuta, baru-baru ini.
“Diskusi ini diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman terkait Covid-19 dan memfasilitasi peningkatan kesiapsiagaan pelaku wisata dalam menghadapi situasi terkini,” kata Ketua Yayasan Lingkar Sehat, Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K).
Diskusi umum yang langsung dipandu oleh Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K) ini, menghadirkan para pakar terkait di bidangnya. Para pembicara terdiri dari I Putu Astawa (Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali), dr. Gusti Ayu Raka Susanti (perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Bali) dan dr. I Wayan Agus Gede Manik Saputra, M.Ked.Klin, Sp MK (Perkumpulan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Bali atau PAMKI Bali).
“Kombinasi panelis yang dipilih dalam diskusi ini dirancang agar mampu memberikan pemahaman dari sudut pandang akademisi dan pengambil kebijakan dengan peserta diskusi umum dari industri pariwisata,” imbuhnya.
Sementara Ketua BVA, Drs Gede Sukarta, MBA mengatakan dalam diskusi ini lebih ditekankan pada pembahasan upaya mitigasi menghadapi wabah virus corona atau Covid-19 bagi pelaku pariwisata khususnya vila. Karena diakuinya, pihaknya belum mengetahui SOP yang tepat dalam menangkal penyebaran virus ini.
“Jujur saja untuk penanganan Covid-19 ini kami belum punya SOP-nya, apalagi yang distandarkan oleh WHO. Tapi untuk penanganan tamu yang sakit biasa atau menderita penyakit tidak menular, kami sudah punya SOP berstandar internasional. Untuk itu upaya mitigasi yang kita butuhkan saat ini, kemudian barulah recovery,” ujar Sukarta.
Diharapkan, hasil diskusi ini nantinya dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan pengananan Covid-19 di bidang pariwisata utamanya di Bali, maupun memberikan saran kepada stakeholder dalam pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) yang dapat digunakan sebagai tindakan kesiapsiagaan pelaku industri pariwisata dalam menangani virus corona di lapangan yang mudah diaplikasikan. “Kita harus meningkatkan kerjasama antar stakeholder karena masalah ini tidak bisa ditangani oleh satu stakeholder saja, semua punya peran masing-masing untuk memitigasi kasus ini,” tutup Sri Budayanti. *dar