Denpasar (bisnisbali.com) –Ketersediaan pangan utama di Bali, hingga beberapa bulan ke depan dinyatakan masih aman. Kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Cadangan Pangan, Dinas Pertanian Provinsi Bali Made Tresna Kumara, di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali mengatakan, ketersediaan bahan pangan utama atau bahan pokok untuk saat ini masih aman, kecuali gula pasir yang mulai menurun.
Dampak dari virus corona yang dikhawatirkan sejumlah kalangan akan mengganggu pasokan pangan diakui Made Tresna. Meski demikian, pihaknya memastikan ketersediaan pangan masih aman hingga beberapa bulan ke depan.
Made Tresna Kumara mengatakan, ketersediaan bahan pangan pokok, seperti beras, bawang, minyak dan sebagainya masih aman saat ini. Meski pihaknya mengakui, merebaknya virus Corona kemungkinan besar akan berdampak pada ketersediaan pangan di Bali ke depannya bila persoalan tersebut tidak dapat segera diatasi.
Made Tresna mengatakan, produksi beras Bali rata-rata per tahun mencapai 487.041 ton sedangkan kebutuhan beras per tahun mencapai 424.324 ton. “Produksi tidak terkendala kemarau panjang karena memang tanam padi dilakukan bergilir. Yang sudah dapat pasokan air menanam lebih dahulu, sehingga panen juga bertahap dan ketersediaan beras selalu ada,” tukasnya.
Untuk komoditi bawang merah, produksi Bali mencapai 20.508 ton per tahun dengan kebutuhan 24.892 ton ditambah pasokan dari luar 5.640 ton sehingga melebihi dari kebutuhan. daging ayam ras dengan produksi 11.299.661 ton, sedangkan kebutuhan hanya 80.225 ton, sehingga Bali bisa mengekspor daging ayam.
Melihat data tersebut, kebutuhan pangan di Bali rata-rata dapat dipenuhi oleh produksi sendiri. “Kalau ada komoditas yang produksinya kurang, akan dipenuhi dari pasokan luar daerah,” ungkapnya.
Sementara untuk persediaan gula pasir, dari pemantauan di pasar diakui mengalami penurunan. Pihaknya khawatir akan berdampak pada kenaikan harga, meski harganya saat ini masih normal. “Saat ini kita mendapat pasokan gula dari Jawa. Sebenarnya sudah ada rencana membangun pabrik gula di Buleleng, bahkan tebunya sudah mulai ditanam,” ucapnya.
Ia berharap, program tersebut dapat segera berjalan sehingga untuk memenuhi kebutuhan gula di Bali tidak perlu mendatangkan dari Jawa lagi. “Ini untuk mengurangi ketergantungan kita pada produk luar, khususnya produk impor,” pungkasnya. *pur