Denpasar (bisnisbali.com) –Pertumbuhan ekonomi Bali diprediksi akan terkoreksi ke bawah jika dampak Covid-19 atau virus corona ini berlangsung selama 6 bulan lebih. KPw Bank Indonesia (BI) Bali mengestimasikan berdasarkan simulai dampak Covid-19, pertumbuhan ekonomi Bali bisa turun dari 5,6 persen hingga 6 persen akan menjadi 4,6 persen hingga 5 persen.
Pemerhati ekonomi, Nyoman Susila, M.M. di Sanur. mengatakan, dengan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi tentu dari sisi investasi, ekspor, perolehan pajak juga akan turun. Begitupula dari sisi keuangan akan berimbas pada penurunan pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga. Masyarakat akan menunda melakukan investasi menantikan kondisi lebih stabil
“Pelaku usaha tentu tidak akan berani melakukan ekspansi sehingga kredit perbankan tidak tumbuh. Bank juga akan lebih hati-hati dalam penyaluran kredit mengantisipasi risiko kredit bermasalah sehingga pertumbuhan kredit akan menurun,” katanya.
Dari sisi DPK, masyarakat maupun pelaku usaha tentu tidak memperoleh banyak keuntungan yang selanjutnya disimpan di bank. Ini membuat DPK bank akan melambat. Oleh karennya, ia berharap bank segera menurunkan bunga kredit agar bisa menarik minat pelaku usaha meminjam sehingga dunia usaha akan kemabli bangkit.
“Kuncinya adalah penurunan bunga kredit pascapenurunan suku bunga acuan BI,” katanya.
Ia pun menilai kondisi ini sifatnya global. Kasus corona tidak hanya terasa di dalam negeri namun semua negara sehingga kondisi ekonomi global pun akan sama terpengaruh. Peran pemerintah dan semua pihak sangat diperlukan untuk menjaga kondisi ekonomi tetap stabil, termasuk menghindari berita palsu atau hoax terkait virus corona yang membuat masyarakat panik. Terbukti harga bumbu rempah, masker dan lainnya melonjak.
Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho membenarkan berdasarkan simulasi dampak COVID-19 jika berlangsung selama 6 bulan akan terjadi 2 bulan penutupan penerbangan rute dari dan ke Tiongkok, dan 4 bulan periode recovery yang membuat jumlah wisman turun 6,26 persen. Inilah membuat pertumbuhan ekonomi Bali terkoreksi ke bawah.
“Tidak hanya Bali, berdasarkan outlook perekonomian Indonesia juga direvisi 0,1 persen dari 5,1 persen-5,5 persen menjadi 5,0 persen-5,4 persen,” katanya.
Demikian pula dengan pertumbuhan kredit dan DPK terkoreksi ke bawah, sementara inflasi dan CAD tidak terkoreksi.
Sebagai respon terhadap kondisi terkini, BI pada 20 Februari 2020 menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 6 bps (dari 5 persen menjadi 4,75 persen). Sejak 2019, penurunan suku bunga sudah mencapai 125 bps. Hal ini menujukkan kebijakan moneter bersifat akomodatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut dengan tetap tetap memperhatikan target inflasi. Kebijakan lainnya yaitu kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan, ekonomi keuangan syariah diarahkan tetap akomodatif. *dik