Bangli (bisnisbali.com)-Salah seorang perajin ukiran kayu asal Desa Tihingan, Wayan Sugita mengatakan, sudah hampir dua bulan order sepi, bahkan minggu terakhir ini tidak ada order yang masuk lagi. Padahal Sugita mengaku sektor kerajinan yang dikelolanya ini baru saja bangkit dari tidurnya.
“Baru merasa lega dari pertengahan tahun lalu, karena ekspor kerajinan mulai diminati lagi. Namun akibat adanya penyebaran virus corona saya terpaksa kembali harus memikirkan untuk mencoba usaha lain,” ungkapnya.
Bahkan Sugita mengatakan di awal tahun dirinya hanya merampungkan pesanan sebelumnya yang sempat tertunda. Sejak awal Februari dirinya sudah tidak ada order barang yang harus dikerjakan lagi.
Sebelumnya Sugita bersama dengan 8 orang karyawan yang juga masih kerabatnya ini biasa membuat handycraf yang dikirim ke Jepang, Tiongkok dan Eropa. Namun pengiriman terbesar adalah Tiongkok dan Jepang.
Semenjak mewabahnya virus corona pesanan mulai terhenti. “Selain negara yang terdampak sedang fokus dengan penanganan virus ini, juga karena tidak dibukanya lagi akses transportasi keluar atau menuju negara yang terdampak,” jelasnya.
Terhentinya pemesanan kerajinan ini membuat dirinya terpaksa harus menghentikan sementara para perajinnya, karena kalau hanya memenuhi permintaan di dalam negeri pihaknya masih mampu menanganinya.
Wayan Sugita berharap segera ada upaya penanggulangan virus ini sehingga dirinya dan para perajin lainnya bisa bekerja lagi seperti biasanya.
Sementara itu, dilansir dari situs resminya, Kemenperin mematok pertumbuhan ekspor produk kerajinan sebesar 2,5 persen tahun ini atau sama dengan tahun lalu mengingat terjadi beberapa tantangan ekonomi dunia. “Awalnya kami bidik 5 persen, tapi karena ada corona ya minimal bisa tumbuh seperti tahun lalu,” tukas Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih.
Gati menambahkan, industri kerajinan memiliki peranan penting dalam memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari sumbangsih terhadap devisa melalui capaian ekspor produknya yang cukup signifikan. *ita