DESA wisata ekologi (DWE) Nyambu, Kabupaten Tabanan meski telah banyak dilirik wisatawan lokal maupun mancanegara (wisman) untuk menikmati wisata alam, desa yang berada di Kecamatan Kediri ini masih menyimpan segudang potensi alam belum tergali. Bercermin dari itu, pemerintah Kabupaten Tabanan khususnya Dinas Pariwisata (Dispar) bisa memberi perhatian yang serius guna pengoptimalan potensi yang ada.
Pengelola DWE Nyambu, I Wayan Gede Eka Sudiartha, di Tabanan, mengungkapkan, pengembangan DWE Nyambu sebagai desa wisata sudah dimulai pada 2015 lalu yang diawali dengan tahapan pelatihan. Yakni, pelatihan membuat peta desa secara partisipasif didampingi oleh british consul sekaligus sebagai yayasan yang membiayai kegiatan, sedangkan untuk patner di tingkat lokal dibantu oleh yayasan Wisnu.
Jelas Eka Sudiartha, dari pemetaan tersebut didata ada sejumlah potensi alam yang ada di Desa Nyambu. Diantaranya, terdapat 22 sumber mata air yang satu adiantaranya sudah dimanfaatkan pemerintah Kabupaten Tabanan sebagai sumber air PDAM, sedangkan sisanya belum bisa dikelola secara maksimal. Selain itu potensi lainnya adalah, memiliki 67 Pura yang tersebar dari ujung desa sampai ujung utara desa atau dari Banjar Carik Padang hingga Banjar Dukuh, sebaran sawah yang mencapai 348,7 hektar, dan sanggar seni.
Paparnya, selain potensi tersebut, sebenarnya DWE Nyambu masih memiliki potensi lain yang bisa ditawarkan ke wisatawan. Diantaranya, hutan monyet, dan sejumlah tempat memiliki view bagus yang sangat bisa dikelola untuk dikunjungi wisatawan. Sayangnya, karena terganjal pendanaan potensi tersebut belum bisa dioptimalkan saat ini.
“Mudah-mudahan ke depan pemerintah melalui Dispar bisa membantu tidak hanya membantu dari sisi promosi saja seperti yang sudah dilakukan selama ini, namun bisa membantu dari sisi pendanaan. Sebab, dari awal pengembangan hingga saat ini belum ada penyertaan modal dari Dispar Tabanan,” ujarnya.
Sementara itu paparnya, berbeda dengan desa wisata lainnya, DWE Nyambu yang di- launching Bupati Tabanan pada April 2016 sebagai Nyambu Ecotourism menitik beratkan pada lingkungan. Sebab harapannya, DWE ini sebagai benteng untuk menjaga desa agar tetap seperti yang ada selama ini. Salah satunya itu tercermin, tidak membangun vila atau home stay bagi wisatawan yang datang, melainkan melatih penduduk yang memiliki kamar yang bisa disewakan kepada tamu atau wisatawan untuk dimanfaatkan.
Sambungnya, saat ini Nyambu Ecotourism meski dengan membatasi jumlah kunjungan, karena hanya mengkaver 15-20 orang per bulan, Nyambu Ecotourism cukup dilirik banyak wisatawan bahkan beberapa merupakan orang penting dari Negara lain. Akuinya, pembatasan jumlah kunjungan ini dilakukan kareana pertimbangan tidak ingin pariwisata merubah tatanan kehidupan penduduk di Desa Nyambu. Sebab, Nyambu Ecotourism memanfaatkan fasilitas adat dan pertanian. Selain itu, ketika menerima tamu dengan jumlah sediki, makat info yang disampaikan ke wisatawan bisa mudah tersampaikan.
“Ada tiga paket yang kami tawarkan ke wisatawan. Yakni, paket susur sawah, paket susur budaya, dan paket susur sepeda. Harga per paket ini berkisar 70 dolar -100 dolar per orang,” tandasnya.
Sementara itu, saat ini dalam perkembangannya potensi tersebut, bahkan sudah berkontribusi pada pendapatan desa. Itu tercermin dari laporan pertanggung jawaban terakhir dalam Musdes, pengelolaan desa wisata ini mampu berkontribusi pada desa, bahkan menyumbang laba mencapai Rp 10 juta per tahun.*man